Subscribe:

Ads 468x60px

Sabtu, 23 Juli 2011

Perbedaan Thatcherisme (Britain) dan Putinisme (Russia


Perbedaan  Thatcherisme (Britain) dan  Putinisme (Russia)[1]
Abstraction
Talking about Russia and Britain will not complete if we not talk about Margaret Thatcher (Britain) and Putin (Russia) both of them have much contribution to their county, for example Putin after replace Boris Yeltsin has made Russian economic increase surprisingly, many leader of the world admit that Putin has good leadership to lead Russia, Putin’s thought was different with former Russian’s president, Yeltsin used  free  market as economic tool while Putin used soft Authoritarian, he refused free market partially but he allow investor to invest in Russia. While Thatcher said that we have to reduce the role of government in market sector, she prefer to Adam Smith’s thought than Keynesian who suggest the government to interference market. The differences beetwen Margareth Thatcher and Vladimir Putin make me interested to know more about it.

Key words: Vladimir Putin, Margaret Thatcher, Russia, Britain.
Latar Belakang
Berbicara tentang Russia dan Inggris nama-nama seperti Thacher dan Stalin sangat tidak asing di telinga para pengkaji Eropa, kebijakan mereka sudah menjadi ideologi yang menginspirasi penerusnya, mereka menjadi maskot di negaranya masing-masing, bahkan banyak menginspirasi orang di belahan dunia laiinya, Putin misalnya sangat berjasa membangkitkan perekonomian Rusia setelah baru saja mengalami kebangkrutan pasca kepemimpinan Yeltsin yang sangat pro dengan AS, Korupsi yang melanda Russia akibat adanya desentralisasi/ otonomi daerah dan demokrasi yang sangat erat sekali dengan pasar bebas membuat perekonomian dan politik rusia carut marut, korupsi merajalela, Putin datang bak malaikat membrangus segala keterpurukan yang melanda negeri tercintanya, sedangkan Thatcher sangat berbeda sekali dengan pemikirannya putin, dia bahkan lebih menghendaki adanya pasar bebas versi bapak kapitalisme Adam Smith. Sebelum membahas lebih jauh tentang keduanya lebih baik kita mengetahui sejarah dan latar belakang kedua sosok pemimpin dunia ini.
Pembahasan
Biografi Vladimir Putin
Vladimir Putin lahir di Leningrad, Oktober 1952 menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Univeristas Lenigrad pada tahun 1975, dimana kemudian ia melanjutkan studi dan meraih PhD untuk bidang ekonomi[2]. Setelah lulus, ia bergabung dengan KGB (Komite Keamanan Negara) diamana tahun 1985 sampai 1990 ia bertugas di Jerman Timur. Tahun 1990 ia kembali ke kampus dan menjadi asisten Rektor Universitas Leningrad yang bertugas menangani masalah hubungan internasional. Selanjutnya ia dipercaya sebagai penasehat untuk Ketua Dewan Kota Leningrad. Kiprahnya di kota kelahirannya terus menanjak hingga posisi sebagai Deputi 1 Walikota Leningrad[3].
Pada Agustus 1996 Putin diangkat sebagai Deputi Kepala Direktorat Administrasi kepresidenan. Tak sampai setahun kemudian ia menduduki jabatan sebagai Deputi Kepala Eksekutif Kepreseidenan dan Kepala Direktorat Pusat Pengawasan dan Inspeksi, Juli 1998 ia dinagkat sebagai Direktur Dinas Keamanan Federal (FSB) sebuah lembaga intelijen yang dulunya bernama KGB. Bulan Maret tahun berikutnya ia juga dipercaya untuk mengisi jabatan sebagai sekretaris Dewan Keamanan. Bulan Agustus di tahun 1999 Presiden Boris Yeltsin mengangkatya sebagai Perdana Menteri mengantikan Sergey stepashin. Akhhir tahun 1999, bersamaan dengan pengunduran diri secara mendadak, Boris Yeltsin menunjuk Vladimir Putin sebagai acting Presiden. Dan hasil pemilu maret 2004 ia terpilih kembali sebagai presiden unutk periode kedua.[4]
Biografi Margaret Thatcher
Margaret Hilda Roberts lahir pada13 Oktober 1925, putri bungsu dari Alfred Roberts dan Beatrice Stephenson, berasal dari sebuah keluarga kelas bawah, ayahnya seorang mantan Liberal yang menjadi penasihat independen dan Wali kota Grantam, Lincolnshire, yang kemudian sangat mepengaruhi Thatcher dalam penekananya terhadap ekonomi pasar bebas. Dia dididik di Kesteven dan Grantham Grammar School, dimana dia di kenal sebagai ‘Snotty Roberts’ dari sini dia bisa ke Somerville College, Oxford, dimana dia mendapatkan dua gelar kehormatan di bidang Kimia. Dia bekerja di sebuah industri kimia (1947–51) dan kemudian menikah dengan sesama Methodist, Denis Thatcher di 1951[5].
 Pada tahun 1953 lulus ujian menjadi pengacara, dia belajar beberapa tahun di bidang hukum perpajakan.dia juga mempunyai ketertarikan di bidang politik mulai di Oxford dan dengan cepatnya masuk ke dalam politik di parlemen, kalah di pemilihan parlemen Dartford pada pemilihan umum tahun 1950 dan 1951. Dia kemudian menjadi kandidat dari partai Konservatif di Finchley pada 1958 dan menjadi representasi kursi dari tahun 1959-1992 (disaat dia diangkat di House of Lords). pertamanya,dia hanya di promosikan di pos-pos kecil di bulan Oktober 1961 , kemudian secara berturut-turut menjadi juru bicara partai konservatif di bidang pensiun, perumahan, energi, transportasi, pendidikan dan  lingkungan antara tahun 1961 -1970, memasuki kabinet bayangan di tahun 1967. dia kemudian menjadi Sekretaris Negara di Department of Education and Science pada pemerintahan Edward Heath, dari bulan Juni 1970 sampai February 1974. Pada saat itu, dia mengkampanyekan perpanjangan pendidikan di bidang keperawatan, disamping itu dia merasa bahwa menteri pendidikan itu sendiri adalah ‘self-righteously socialist’ dan hal itu sangat menelan biaya banyak dibidang pendidikan, tidak mengherankan jika dia dikenal dengan ‘cutting minister’ dia meberi porsi anggaran sedikit terhadap pendidikan sehingga kemudian menyebabkan dia tidak populer lagi dimata masyarakat. Ketidak populeran itu menyebabkan partai Konservatif mengalami kekalahan di pemilihan umum pada 1974, pada tahun 1975 Thatcher menentang kepemimpinan Edward Healt dan memenangkan 119 suara dari 130, kemudian dia menjadi Wakil Pemimpin Partai Konservatif dan Wakil Perdana Menteri[6] yang pada akhirnya mengantarkan dia menjadi PM (Perdana Menteri) pada tahun 1979-1983.
Perbedaan antara Putinisme dan Thatcherisme
Putinisme
Putin pada hakikatnya mewarisi jejak pemimpin pendahulunya, Boris Yeltsin, melanjutkan reformasi dan pasar bebas, namun Putin mempunyai sikap dan cara yang berbeda dalam mengimplementasikannya, dia mengkaji ulang sebab-sebab kemerosotan negerinya, salah satunya adalah mengguritanya oligarchy[7] di Russia, fokus utama Putin adalah membrangus para oligarki dan untuk memberantasnya terkadang cara yang tidak demokratispun dilakukannya, Simon Saragih dalam buku “ Bangkitnya Rusia” menyatakan “ Rusia memperlihatkan gejala yang tak mau mengutamakan demokrasi, pembunuhan wartawan, politisi, dan musuh-musuh politiknya adalah contoh yang memperlihatkan hal itu”.[8]
Perbedaan antara Boris Yeltsin dengan Putin terletak pada kebijakan ekonomi, Yeltsin sangat mengagumkan pasar bebasnya sehingga semua sektor diprivatisasi, sedangkan Putin beranggapan bahwasanya kekayaan alam adalah milik rakyat dan atas nama rakyat. Negara harus mengontrol setiap eksploitasi kekayaan alam. Peran asingpun dibatasi di sektor yang berkaitan dengan kekayaan alam[9], bahkan banyak perusahaan raksasa di nasionalisasikan menjadi milik negara, semisal aset Yukos, anak perusahaan Yukoz yang bernama Yuganeftegas, yan memiliki nilai antara 17-24 miliar dollar[10] ternyata strategi yang di lakukan Putin membuahkan hasil yang sangat mencengangkan, banyak kemajuan yang dialami Russia di era Putin semisal, berkurangnya angka kemiskinan, karena Rusia memprioritaskan anggaran pemerintah untuk perlindungan sosial, peningkatan pensiunan, dibidang kesehatan Rusia memberikan bantuan bagi ibu atas kelahiran anak, pembangunan rumah sakit baru. Bahkan UU Rusia menjamin biaya kesehatan yang bebas bagi semua waraga Rusia, dibidang perumahan dilakukan lewat pemberian pinjaman murah unurk pembelioan rumah, renovasi murah[11] dll, secara garis besar disini Rusia dalam kepemimpinan Putin sangat membantu/ meringankan beban rakyatnya dengan subsidi.
Thatcerisme
 Doktrin pokok dari Thatcher adalah paham kompetisi – kompetisi di antara negara, di antara wilayah, di antara perusahaan-perusahaan, dan tentunya di antara individu. Kompetisi adalah keutamaan, dan karena itu hasilnya tidak mungkin jelek. Karena itu kompetisi dalam pasar bebas pasti baik dan bijaksana. Kata thatcher suatu kali, “Adalah tugas kita untuk terus mempercayai ketidakmerataan, dan melihat bahwa bakat dan kemampuan diberikan jalan keluar dan ekspresi bagi kemanfaatan kita bersama”. Artinya, tidak perlu khawatir ada yang tertinggal dalam persaingan kompetitif, karena ketidaksamaan adalah sesuatu yang alamiah. Akan tetapi ini baik karena berarti yang terhebat, terpandai, terkuat yang akan memberi manfaat pada semua orang[12].
Kesimpulan
Sangat menonjol sekali perbedaan antara Putinisme dan Thatcerisme, kalau penulis kaji diantara keduanya berawal dari kondisi political domestik masing-masing dan sejarah baik dari domestik maupun individu kedua pemimpin diatas, Putin berangkat dari kondisi domestik yang carut marut karena diakibatkan oleh privatisasi, pasar bebas, otonomi daerah, dan demokrasi yang dipaksakan sehingga membuat kondisi domestik semakin terpuruk, masyarakat yang tidak terbiasa dengan adanya pasar bebas (bertolak belakang dengan Komunisme yang dianut oleh Uni Soviet sebelemunya) sehingga membuat Putin yang tahu persis kondisi domestik yang carut marut sebagai pemimpin mengambil suatu kebijakan yang bisa dibilang snagat kontroversial dan menuai kecaman terutama ole AS, kebijakan yang bisa di bilang tidak demokratis, disamping itu Putin memberikan perhatian yang lebih terhadap kesejahteraan rakyat, mensubsidi fasilitas umum, mengadakan nasionalisasi yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan asing yang bermasalah, sedangkan Thatcherisme sangat kontras sekali.
Thatcher melihat anggaran seperti pendidikan itu sangat tidak efisien, Thatcher sangat mendewakan privatisasi, pasar bebas, demokrasi, Thatcherisne bisa disamakan dengan neo-Liberalisme atau sayap kanan baru yang meminimalisir peran pemerintah, berjalannya mekanisme market sehingga pasar bisa menentukan sendiri berapa harga yang sesuai terhadap suatu barang.
Referensi
·         Fachrurodj, A “Rusia baru Menuju Demokrasi” 2005. Jakarta: yayasan Obor Indonesia
·         Colette, Christiene “Modern Britain Since  1979” 2003.  London
·         Simon saragih, ‘Bangkitnya Rusia peran Putin dan  eks KGB. 2008 Jakarta: Buku Kompas
·         Setiawan, Bonnie  ( “ Neo liberal dan kejahatan Multilateral”  Direktur Eksekutif Institute for Global Justice (IGJ) 



[1] Di tulis oleh Fadhor Rohman (08260087) Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
[2] A.Fachrurodji,2005 “Rusia baru Menuju Demokrasi” yayasan Obor Indonesia.jakarta
[3] ibid
[4] ibid
[5]Dikutip dan diterjenmahkan dari Christiene Colette, 2003 “Modern Britain Since  1979” London
[6] Ibid.
[7] Oligarki disini maksudnya para pegusaha-pengusaha yang mendominasi dan mengontrol pemerintahan di era Boris Yeltsin dan masih bercokol di era Putin.
[8] Simon saragih,2008 ‘Bangkitnya Rusia peran Putin dan  eks KGB.Jakarta
[9] Ibid.
[10] ibid
[11] ibid
[12] Susan George, “A Short History of Neoliberalism”,  dalam Bonnie  Setiawan ( “ Neo liberal dan kejahatan Multilateral”  Direktur Eksekutif Institute for Global Justice (IGJ) 

Tidak ada komentar: