Subscribe:

Ads 468x60px

Sabtu, 02 April 2011

TIGA MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN GRAHAM T. ALLISON


TIGA MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN GRAHAM T. ALLISON
Oleh Fadhor Rohman*

Teoritisi HI yang mempelajari tentang politik luar negeri, Graham T. Allison mendescripsikan 3 model dalam pengambilan keputusan politik luar negeri :

Model 1 : Aktor Rasional
Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan actor rasional, terutama . Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Pemerintah dianalogikan sebagai dengan perilaku individu ang bernalar dan terkoordinasi. Analisis model pembuatan keputusan ini adalah pilihan-pilihan yang di ambil oleh pemerintah. Dengan demikian, analis politik  luar negeri harus memusatkan perhatian pada penelaah kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa, alternative-alternative haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahnya, dan perhitungan untung rugi atas masing-masing alternative itu.
Dalam model ini para pembuat keputusan itu diaggap rasional dan kita umumnya memang cenderung berpikir bahwa keputusan secara rasional, kelemahannya asumsi ini mengbaikan fakta bahwa para pembuat keputusan itu adalah manusia yang bisa membuat kesalahan dan yang selalu menghadapi berbagai kendala eksternal dari birokratnya sendiri, dari berbagai kelompok kepentingan , opini public dan sebagainya. Terutama dalam system demokrasi. Allison sadar akan kelemahan itu sehingga beliau mengajukan model lainnya, yaitu model “proses organisasi” dan “politik birokratik”.
           Contoh. : ketika awal kemerdekaan RI, RI mengadakan perjanjian dengan Autralia dengan persentase 10% : 90%, dengan rasionalisasi Australia mengakui RI sebagai negara kepulauan.

Model II : Proses Organisasi
              Dalam model ini menggambarkan politik luar negeri sebagai hasil kerja suatu organisasi besar yang berfunsi menurut suatu pola perilaku. Pembuatan keputusan bukan semata-mata proses intelektual,  lebih merupakan proses mekanik, keputusan merujuk kepada keputusan-keputusan yang telah dibuat dimasa lalu, prosedur rutin yang berlaku, atau pada peran yang ditetapkan bagi unit birokrasi itu ( standard operating procedure ).
             Orgnisasi ini pada dasarnya bersifat konservatif dan jarang yang mau coba-coba seuatu yang baru, umumnya cukup senang dengan perubahan-perubahan kecil. Salah satu cara untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian masalah yang adalah melakukan tindakan seperti sebelumnya, organisasi cendrung memiliki pedoman, buku petunjuk yang berisi bagaimana caranya organisasi mengatasi masalah, apa yang akan terjadi pada suatu waktu bisa diramalkan dengan melihat apa yang telah terjadi sebelumnaya.

Model III : Politik-Birokratik
               Dalam model ini PLN dipandang bukan sebagai hasil dari proses intelektual yang menghubungkan tujuan dan sarana secara rasional. PLN adalah hasil dari proses interaksi, penyesuaian diri dan perpolitikan di antara berbagai actor dan organisasi, bargaining game antar bangsa, dengan kata lain pembuatan keputusan PLN adalah proses social, bukan intelektual. Jadi dalam Model III ini digambarkan suatu proses dimana masin-masing pemain berusaha bertindak secara rasional, setiap actor Negara berusaha menetapkan tujuannya, menilai berbagai alternlehative sarana dan menetapkan pilihan secara intelektual,  tidak ada pemain yang bisa memperoleh apa yang diinginkan dalam bergaining ini.( bisa di analogikan permainan catur ).
               Karena dalam Model III ini menekankan bargaining games sebagai penentu  PLN, maka dalam mempelajarinya kita harus memperoleh informasi tentang persepsi, motivasi, posisi, kekuasaan dan maneuver dari pemain-pemain yang terlibat didalamnya. Jadi kita harus tahu (a). Siapa yang ikut  bermain? atau kepentingan atau perilaku siapa yang punya pengaruh terhadap keputusan.(b) Apa yang menentukan sikap masing-masing pemain itu. (c)Bagaimana sikap-sikap para pemain itu diagregasikan sehingga menghasilkan keputusan?.
Contoh : ketika China berperang melawan Inggris dalam perang candu, China menetapkan keputusannya untuk menggusir inggris, akan tetapi apalah daya pasukan ingris kalah dalm peperangan sehingga pada akhirnya china merubah keputusannya, berdamai dengan inggris bahkan china memberikan ganti rugi kepada inggris sebesar 21.000.000 yuan serta mendapatkan Hongkong ( perjanjian Nancing ).
             

6 komentar:

Anonim mengatakan...

ini referensi nya dari mana gan ?

fathur rohman mengatakan...

waduh dibuatnya pas lagi maba mungkin,jadi ndak dicantumkan refrensinya, dari buku gan, tapi dah lupa bukunya hehehhe

Unknown mengatakan...

Bukunya Mohtar Mas'oed Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, aja penjelasannya tentang 3 pendekatan itu

Unknown mengatakan...

Gan klo beli buku-buku HI edisi terbaru itu dimana ya? Soalnya di kendari msh sedikit sekali org jual

Unknown mengatakan...

kaukah itu agung sentosa yang dari HI B

fathur rohman mengatakan...

Beli online banyak bro.