Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 18 Mei 2011

Perdamaian Dalam Pandangan Liberalisme

 
Perdamaian Dalam Pandangan Liberalisme
Oleh: Aqis Djazuli
            Pada dasarnya,setiap individu (state) selalu mendambakan perdamaian namun intraksi sosial kadang menimbulkan konflik dan kekerasan.Perdamaian dan kekerasan dua kata yang selalu bergandengan namun pedamaian sering memiliki konotasi yang positif karena membawa nilai-nilai kemanusian,ketentraman dan peradaban yang melahirkan kerukunan. secara epistemologi perdamaian berarti
·         perdamaian adalah tidak adanya/berkurangnya segala jenis kekerasan.
·         perdamaian adalah transformasi konflik kreatif nonkekerasan.
Difinisi kedua berorientasi-konflik;perdamaian adalah konteks bagi konflik-konflik untuk selalu di singkap secara kreatif dan tampa kekerasan.[1]
            Di era Globalisasi sekarang ini batas negara semakin tidak signifikan lagi pengaruhnya dalam masyarakat global melainkan peranan non state seperti individu,kelompok,organisasi internasional dan gerakan sosial sebagai aktor dalam hubungan internasional.Revolusionisme pada awalnya adalah upaya para universalis kosmopolitanis (aktivis HAM,lingkungan hidup, dan semacamnya) dengan tujuan menciptakan perdamaian abadi  (perpetual peace) dengan cara memberlakukan moralitas yang berpotensi untuk meniadakan konflik kekerasan bahkan dengan cara apapun perang dan kekerasan harus dihindari.Gagasan seperti ini  yang menempatkan Immanuel Kant sebagai salah satu pelopor aliran pemikiran idealisme atau utopianisme. Pemikiran Kant ini menginspirasi peminpin dunia pada awal abad ke-20 untuk mendirikan Liga Bangsa Bangsa (League Of Nation) demi terwujudnya perdamaian abadi.[2]Walaupun kaum liberal dianggap gagal dalam menghentikan perang dan menciptan perdamaian dengan peristiwa perang dunia kedua dan perang dingin namun kaum liberal tidak berhenti untuk memperjuangkan nilia-nilai kemanusiaan bagi umat manusia dibelahan bumi ini.
            Tak lepas dari berahirnya perang dingin dan bubarnya rezim komunis uni Soviet membawa harapan baru bagi pemikiran liberalisme yang sebelunya di anggap tidak relevan untuk menjelaskan pertarungan kekuatan antara blok kapitalisme pinpinan AS dan blok komunisme pinpinan Uni Soviet.Hal ini yang memunculkan optimisme akan terciptanya dunia internasional yang damai dengan menciptan lembaga internasional atau sub-internasional seperti terbentuknya PBB sebagai oraganisasi universal,Uni Eropa,NGO dan ASEAN sebagai oranisasi regional turut mempegaruhi perilaku negara.[3]Jelas sekali ketelibatan masyrakat luas dalam multijalur intraksi antar bangsa tidak lagi di domonasi negara melainkan setiap individu harus peduli dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah global yang terkait dengan kebijakan luar negeri dan menciptakan perdamaian bersama.
Organisasi non-pemerintah  internasional selain menyerbarkan misi perdamaian, organisasi tersebut juga berpretensi untuk melakukan tiga macam meknisme resolusi konflik yang meliputi peacekeeping (penjagaan perdamaian),peacemaking (perwujudan perdamaian),dan peacebuilding (pembangunan pedamaian).[4]       
Peace keeping berarti suatu proses dimana untuk menciptakan perdamaian dengan cara menghentikan dan mengurangi perilaku kekerasan melalui intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral.Namun proses peacekeeping untuk kasus di aceh kurang relevan karena penghentian kekerasan oleh pemerintah Indonesia dan GAM sejak terjadinya tsunami 26 Desember 2004 berlangsng unik tampa intervensi militer dari manapun walaupun bertolak dari kepentingan politik yang berbeda antara pemerintah indonesia dan GAM . intervensi militer yang seharusnya mampu menciptakan pedamaian antar  pihak yang memiliki kepentingan berbeda belum mampu memberikan jalan alternatif untuk tercipta keamanan dan kerukunan malah menimbulkan banyak korban yang berjatuhan.Proses semacam ini hanya mampu di implementasi dalam kondisi yang stabil dan minimnya konflk yang terjadi di masyarakat tersebut.
Adapun peacemaking berarti suatu proses yang tujuanya mempertemukan atau merekosiliasi sikap politik dan strategis dari pihak-pihak yang bertikai melaluai mediasi,negosiasi,arbitrasi terutama pada level elit atau pinpinan.[5]Tak bisa dipungkiri organisasi non pemerintah nampak sekali peranan dalam menciptakan perdamaian antara pihak yang berkonfik ambil contoh kasus yang sama dua kepentingan yang berbeda pemerintah indonesia dan GAM yang dimediasi oleh CMI (Crisis Management Initiative) memberikan dampak yang positif dalam Kesepakatan yang dicapai dalam putaran kelima perundingan antara delegasi Republik Indonesia dengan GAM di Helsinki  (Finlandia) menjadi secercah sinar di ujung terowongan bagi masyarakat Aceh dan pemerintah indonesia.hal ini diawali dengan kontak informal sebelum terjadinya tsunami pada akhirnya membuahkan Memorandum of Understanding (MOU) Helsinki yang ditangdatngani pada tanggal 15 Agustus 2005.
Dan terakhir Peacebuilding merupakan proses implementasi perubahan atau rekontruksi sosial,politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang abadi.Keberhasilan NGO internasional salah satu fakta nyata yang memberikan kontribusi terhadap keamanan dan perdamaian global.Namun wujud nyata dari terciptanya perdamaian bukan berarti akhir dari perjuangan untuk mewujukan dunia yang cinta damai tapi merupakan tangtangan besar untuk menciptak kesejahtraan dan keadilan sosial ekonomi dalam bingkai demokrasi dan hak azasi manusia merupakan satu hal membuhkan energi untuk merajut masa depan negara bangsa.Peranan dan inisiatif yang difasilitasi oleh Crisis Management Initiative (CMI) dalam menangani kasus sepratis Aceh dan pemerintah indonesia oleh lembaga ini yang dipimpin oleh mantan presiden Finlandia, Martti Ahtisaari ini telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti.Peristiwa semacam ini salah satu contoh yang kuat sebagai bukti bahwa karakter atau sifat manusia selalu didominasi terhadap perilaku yang cendrung terhadap nilai-nilai,norma dan kebebasan yang diatur oleh institusi-institusi sebagai alat terwujudnya dunia yang tentran dan demokratis.Pernyataan dan kenyataan semacam ini yang sebagai penyangkalan terhadap doktrin dan klaim dari pemikir kaum realist dan neo-realist bahwa aktor non negara hanya menjalankan  sebagai faktor skunder belaka.
Liberalisme menganut kepecayaan terhadap kapasitas umat manusia untuk memecahkan masalah yang terlihat sulit melalui tidakan kolektif.[6]Ide semacam ini yang melahirhan institusi-instusi internasinal sebagai acuan awal untuk berjuang terus melahirkan perdamain-perdamain dunia dengan konsep metede penyelesaikan konflik-konflik sosial.
"Aku bukan hanya seorang pasifis,tetapi seorang pasifis militan.Aku ingin berjuang untuk perdamaian .Tidak akan ada yang mengakhiri perang jika rakyak sendiri tidak menolak pergi berperang."
(ALBERT EINSTEIN) [7]



[1] Tulisan Johan Galtung,.peace and conflict,development and civilization.1996,hal 21
[2] Yulius P.Hermawan,Tranformasi studi hubungan internasional:Aktor,isu dan metodologi.2007.hal 1
[3]politik global dalam teori dan praktek.graha ilmu,2008,hal 48 .
[4] Tulisan yulius P.herman  hal 94
[5] Ibit hal 96
[6][6]  Jill Steans and Lioyd Pettiford,hubungan internasional perspektif dan tema,pustaka pelajar,2009
[7] tulisan Simon and Schuster, diedit oleh Otto Nathan dan Heinz Norden,Eintein bicara perdamain,2007

Tidak ada komentar: