Subscribe:

Ads 468x60px

Kamis, 26 April 2012

Masih Relevankah SKRIPSI S1di Indonesia?


Masih Relevankah SKRIPSI S1di Indonesia?

SKRIPSI, apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata “Skripsi”? pasti banyak yang bilang menakutkan, menyeramkan, menyebalkan,  membosankan, atau ada yang bilang mengasikkan? Hmm mungkin sedikit sekali yang bilang mengasikkan.  Pada hakikatnya skripsi mempunyai tujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Sebelum Seorang mahsasiswa menyelesaikan skripsi  jangan harap mahasiswa mendapatkan gelar sarjana, masa kuliahnya selama 3 tahun lebih sebelumnya tidak akan bermakna apa-apa sebelum menyelesaikan tugas akhir ini (maksudnya g dapet iJazah bro) 

Perlu Spesialisasi.
Kewajiban membuat skripsi memaksakan kehendak mahasiswa, mahasiswa seakan-akan digeneralisirkan akan menjadi akademisi, hasilnya mahasiswa yang tidak tertarik meneliti, lebih senang kepada praktisi bahkan terkadang benci teori akan mengambil jalan pintas dengan membeli kepada jasa pembuat skripsi, fenomena “membeli skripsi sudah tidak asing dikalangan akademisi,” selain itu plagiarism terjadi dimana-mana karena memang mereka merasa terpaksa melakukannya. Padahal secara psikologis tidak baik melakukan sesuatu yang bukan bakatnya, kita cendrung dianjurkan melakukan sesuatu sesuai minat kita masing-masing. Penulis tidak menganjurkan kewajiabn skripsi dihapus, akan tetapi alangkah baiknya ada jalan alternative yang di terapkan, semisal yang mau menyusun skripsi dipersilahkan menyusun tapi kalau tidak mau mahasiswa di beri alternative untuk magang sesuai dengan jurusannya.
Urgensi skripsi?
Apa gunanya skripsi?  Di kasih ke Presiden sebagai masukan untuk mengambil suatu kebijakan ? Belum, saya belum pernah mendengar itu, yang saya tahu dan lihat sendiri skripsi dijadikan pajangan di perpus yang terkadang dijadikan rujukan oleh mahasiswa lain dalam membuat skripsi, dan seterusnya. Yang ada hanyalah memberi kontribusi kepada global warming, kenapa demikian? Ya coba kita kalkulasi, berapa ribu lembar kertas uang dihabiskan oleh mahasiswa untuk bimbingan skripsi? Taruhlah 1500 lembar, 1500X berapa juta mahasiswa di Indonesia? Berapa pohon yang ditebang ?  dialin sisi dalam pembuatan sripsi tidak sedikit rupiah yang di rogoh dari kantong kmahasiswa, dari bimbingan yang tak urung selesai, belum lagi kasus bunuh diri akibat sress yang diderita lantaran dosen killer 

Di Negara Maju.
Perlu kita selidiki kenapa di Jepang ataupun di Amerika yang dikenal “well educated people” tidak menerapkan skripsi bagi S1? Saya tidak tahu, tapi yang pasti masalah pendidikan kita jauh tertinggal dengan mereka, hal ini  harus kita pikirkan bersama-sama kenapa negara sekaliber Jepang dan Amerika tidak menerapkan skripsi bagi S1, memang disana ada namanya penelitian, tapi penelitian tersebut sama halnya tugas mata kuliah yang ada di Indonesia dan akan berakhir ketika mata kuliah itu berakhir. Saya yakin masih banyak sekali negara-negara maju yang tidak menerapkan skripsi sebagai tugas akhir bagi mahsiswa S1, silahkan search sendiri, heheh karena sementara saya tahunya itu ja.

Skripsi sebagai Komoditas
Tak jarang Skripsi hanyalah dijadikan suatu komoditas yang menguntungkan, semisal dengan adanya skripsi maka dosen pembimbing akan mendapatkan extra fee, semakin banyak yang dibimbing semakin besar fee-nya. Masih banyak juga kongkalikong antara mahasiswa denga dosen pembimbing, tidak jarang dosen yang amoral mau disogok asalkan semua beres, seperti yang saya sebutkan tadi, banyak mahasiswa mahal memesan ke “tukang buat skripsi”, kampus juga akan mendapatkan fee tambahan dari biaya skripsi dan semakin lama mahasiswa lulus maka semakin banyak juga income yang didapat oleh kampus, seperti kasus teman saya yang dipersulit lulus karena mahasiswanya sudah sangat sedikit, kami menganalisa tindakan mempersulit karena dengan cepat lulusnya mahasiswa maka akan membuat income menurun sedangkan input dari masasiswa baru sedikit.

hmmm, well mungkin semua yang saya lontarkan diatas belum tentu benar, mungkin ini hanyalah unek-unek seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi stress ngerjain skripsi,tapi jujur kalo mungkin ada referendum suruh milih  “apakah skripsi dipertahankan atau dihapuskan? Maka saya akan pilih hmmmm…, kalau kalian pilih apa?heheheh.




6 komentar:

Nindya Sukmawati mengatakan...

BAguss,,,,Baguuuss....
Bagi saya skripsi memang menyebalkan, kenapa seperti itu karena memang banyak sekali faktor eksternal dan internalyang mempengaruhi penyelesaian skripsi tersebut. bagi saya pribadi fator eksternal yang tidak terkendali sangat berpengaruh antara lain Dosen pembimbing, loasi penelitian, responden dan sebagainya. itulah hambatan yang sedang saya alami.
Curcol dikit ya haahahaha
Tapi hambatan itu memang ada banyak hikmahnya, jadi tetep semangat saja bagi yang sedang mengerjakan thesis :D

fathur rohman mengatakan...

hehe itu curahan hati atau pelampiasan kemrahana waktu buat skripsi sih :).
bagus juga sebenarnya skripsi itu ternyata, kalo kita tahu cara mengerjakan skripsi tentunya sangat cepat sekali dalam penempuhannya..
so..skripsi mengajari kita ketabahan, kesabaran, konsistensi dan keuletan.
dan alhamdulillah saya sudah luluuuuuus hehehe :)

GuruKu Hebat mengatakan...

Terima kasih artikel tentang Skripsi yang cukup panjang ini...

Unknown mengatakan...

Skripsi itu mengajarkan kita banyak hal.....terutama sabar.....biasanya perubahan karakter dan pemikiran mahasiswa yang sudah dan belum melakukan skripsi itu jauh berbeda.....Yang jelas banyak hal positif yg kita pelajari dari skripsi......Kalo masalah susah atau mudah bagi saya Skripsi Itu mudah asal tau kuncinya......ka;o di bilang tidak perlu saya rasa skripsi itu sangat perlu karena lewat skripsi kita bisa tahu Seluk beluk sisi hitam dan putih apa yg kita teliti....Tapi saran saya Lebih Baik skripsi itu di masyarakat jangan di kantor atau perusahaan.......tapi lebih ke masyarakat....

Fathur rohman mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Mantap ini