PENINGKATAN HUBUNGAN LUAR NEGRI
INDONESIA ERA ORDE BARU[1]
(Soeharto)
Abstract
This article will study dynamics
and resistance foreign policy of Indonesia barely, that
focus to Suharto era, in this article there are the important points, among
other are, how was situation Indonesia after collapse of Sukarno, and than how
was Suharto curing difficult situation after collapse of sukarno, and the end
made Indonesia return correlate in international podium.
Indonesia is a country
that has not stabile in any aspect “economic, politic, law,” more ever after
collapse of sukarno, Indonesia very bad situation, so that Suharto must cur
domestic situation than make capital to international chess, Indonesia is a
development country of course, must make
domestic situation to be strong for facing international politic, so that if
domestic situation was strong that make development country as special
Indonesia has bargaining position, this meter was success on Suharto playing in
foreign policy of Indonesia, foreign policy of Indonesia was playing by Suharto
with principle” active, free “
Keyword: foreign
policy, Suharto, domestic situation, development country
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara berkembang yang terletak di kawasan
asia tengara, Indonesia mendapat kemerdekaanya dengan penuh perjuangan dengan
tumpah darah penghabisan sehingga dengan itu Indonesia berkewajiban menjaga
kedaulatan Negara dari semua jenis penjajahan dan sejatinya bisa mandiri dalam
mengatur seluruh warga Negara Indonesia, hal itu yang termaktum dalam UUD 1945[2],
yang kemudian menjadi landasan berjalannya bangsa ini,indonesia sebagai Negara
tidak terlepas dalam kancah international dalam keberadaanyan, sehingga dengan
itu Indonesia memiliki pola hubungan dengan Negara lain yang hal itu di sebut,
sebagai politik luar negeri, hubungan luar negri Indonesia atau politik luar
negri indonesia menjadi sangat menarik untuk di analisa karena sejalan dengan
berjalanya waktu dan bergantinya rizim yang menjadi penguasa dalam republik
ini, politik luar negeri Indonesia ini merupakan salah satu alat yang di
mainkan oleh Negara untuk menanggapi situasi internasional,[3]
hal ini yang di mainkan oleh para pemimpin negeri ini, mulai dari era sukarno yang di sebut dengan era orde lama
dan era Suharto yang di kenal dengan era orde baru sampai masa reformasi, dalam
setiap periode pemerintahan yang di pimpin oleh orang yang berbeda tentu akan
menjadikan politik luar negeri yang berbeda pula,
Politik luar negri Indonesia yaitu berprinsip pada pilitik luar
negeri bebas aktif, yang ini di cetuskan oleh bung hatta,[4]
bebas aktif ini menempatankan pada posisi tidak berpihak pada dua Negara super
power, dimana pada awal kemerdekaan Indonesia di hadapkan pada kekuatan besar
yaitu blok barat dan blok timur, bebas aktif ini merupakan upaya Indonesia
untuk menjadai Negara penyeimbang yang menjadi Negara yang mandiri dan tidak
tergantung pada kedua kekuatan dunia tersebut sehingga dalam situasi itu,
Indonesia mengagasan untuk membentuk organisasi non blok ”GNB” yaitu
perkumpulan Negara Negara yang mempunyai tujuan menjadi penyeimbang kedua
kekuatan tersebut, Indonesia sebagai Negara merdeka tentu mempunyai sikap yang
jelas walau pada masa itu Indonesia masih bisa di katakan seumur jagung, tetapi
hal itu tidak membuat Negara ini berkecil hati, sokarno memainkan politik bebas aktifnya dalam
percaturan international untuk kepentingan natioanalnya.
Politik luar negri Indonesia dalam kebijakanya mengalami beberapa perubahan dan dinamika
serta tangtangan dalam interaksinya, hal itu karena dinamika perubahan
international, kebutuhan Negara yang menjadikan kebijakan itu dinamis,lihat
saja yang akan di uraikan oleh kolompok dua dalam melihat peningkatan hubungan
luar negeri Indonesia pada era pemerintahan Suharto atau era orde baru, dalam
peningkatan hubungan luar negri pada masa Suharto sudah pasti harus mengetahui
terlebih dahulu bagaimana politik luar negeri yang di mainkan oleh rezim
sebelumnya, yaitu sukarno. Yang hal ini nanti akan di urai secara sederhana
dalam pembahasan di bawah ini.
Politik luar negeri seperti yang di sebutkan di atas, bahwa itu
merupakan alat yang di mainkan oleh Negara untuk menghadapi dan menanggapi
situasi internasional dalam menetukan kebijakan luar negerinya, kebijakan luar
negeri merupakan suatu upaya untuk memenuhi kepentingan nationalnya,yang
merupakan prinsip dari semua Negara,[5]
bahwa dalam berintraksi dengan dunia
international itu tidak lain adalah untuk terutama menjada bagaimana
kepentingan dalam negaranya masing masing terpenuhi, baik itu dalam hal
ekonomi, politik maupun yang lainya.
Kajian teoritis
Pendekatan pembangunan
Dalam beberapa
literatur di jelaskan bahwa politik luar
Negara negara berkembang merupakan politik luar negeri atau kebijakan Negara yang di dikeluarkan dan di
fokuskan untuk peningkatan pertumbuhan
dalam negerinya, hal ini di maksudkan untuk membuat kapabilitas dalam negeri
menjadi stabil sehingga daripada itu
perioritasnya adalah bagaimana interaksi itu yang bisa beruntung dalam
pemulihan di dalam negerinya dalam semua sektor terutama sektor ekonomi , ke
tidakstabilan dalam negeri suatu Negara itu akan berimplikasi terhadap out put
bagi Negara tersebut. Hal ini ter uraikan dalam sub bab kapabilitas dalam negri dan
international[6],
bahwa kapabilitas domistik suatu sistem politik sedikit banyak juga ada pengaruhnya terhadap
kapabilitas internationalnya, politik luar negeri suatu Negara banyak
bergantung pada berprosesnya dua variabel,
yaitu variabel kapabilitas dalam negeri dan kapabilitas internasional,[7]
bagi Negara berkembang seperti Indonesia misalnya salah satu contoh merupakan
Negara yang kebijakan luar negerinya terfokus untuk peningkatan di dalam negerinya,
hal ini terlihat pada era orde baru dimana pada waktu itu Suharto merusaha
dengan semaksimal mungkin memainkan
diplomasinya dengan dunia international untuk mengembalikan situasi Indonesia pada
situasi yang makmur, oleh karenanya kajian teoritis ini memandang bahwa pendekatan
pembangunan merupakan suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana pola politik
luar negeri Negara berkembang bagaimana politik itu di mainkan dan pada titik
apa politik luar negeri itu dimainkan, maka oleh sebab itu yang di maksud
dengan pembangunan di atas adalah seperti yang akan di uraika berikut ini:
a.
Pembangunan lingkungan /
masyarakat
Proses
politik merupakan suatu mekanisme tengtang bagaimana tuntutan tuntutan
mendapatkan penyaluran dan tanggapan, yang semuanya antara lain tergantung pada
persoalan persoalan yang di hadapi oleh sistem politik yang bersangkutan dalam
masalah kemampuan elstraktif, distributif, regulatif dan sebagainya.[8]
Hal ini kemudian berkaitan dengan pola prilaku elit politik dalam menentukan
sikap politiknya, sikap respon masyarakat dalam ikut berpartisipasi dalam
proses politik domestic ini kemudian akan memberi suatu pegangan yang kuat bagi
disicion maker untuk mengambil sebuah keputusan dalam kepentingan dasionalnya,
hal ini kenapa di pandang perlu pembangunan lingkungan, atau masyarakat, karena
itu merupakan pilar suatu Negara berkembang
untuk mencapai kesetabilan dalam pembangunan ekonomi dan lainya, seperti
di sebutkan bahwa keadaan domestic itu akan member dampak terhadap politik luar
negerinya, maka oleh sebab hal itu penyadaran terhadap masyarakat serta
pembangunan lingkungan yang memberi kesan untuk penyadaran bagi masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan dan berpartisipasi dalam pangung politik
domestic, sehingga tatkala pembangunan di dalam membri kesadaran berpartispasi
dan nilai nilai kebangsaan di tanamkan dalam masyarakat maka hal itu akan
memudahkan para pengambil keputusan untuk naik satu step lagi pada sasaran
utamanya yaitu pembangunan dalam stabilitas ekonomi untuk kemakmuran dan
kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.
b.
Pembangunan politik /
pemerintah
Struktur
politik terlihat bahwa ekskutif memegang peranan yang sangat penting dalam
mengarahkan dan membawa masyarakat secara keseluruhan ke arah suatu tujuan
tertentu, tujuan itu akan di wujudkan melalui serangkaian kebijaksanaan,
rencana pelaksanaan pencapain tujuan dengan demikian merupakan tanggung jawab
pemerintah, namun demikian tiada rencana yang di dalamnya tidak terkandung
aspek waktu dan pertahapan, unsur waktu ini sangat di pengaruhi oleh stabilitas
politik sebagai hasil proses interaksi komponen komponen sistem politik,
Dalam keadaan tidak ada
kestabilan pemerintah/ politik, maka eksekutif mungkin bersifat kompromistik dalam
mengambil keputusan atau tidak bisa bertindak tegas karena lebih memperhatikan
kelangsungan jabatannya ketimbang bertindak kekar, dengan akibat segala
programnya akan menjadi buyar di tengah jalan, sebenarnya kestabilan politik
mungkin bisa di capai baik secara di paksakan maupun secara sejawarnya atau
tidak di paksakan,[9]
seperti di uraikan di atas bahwa pembangunan ini merupakan salah satu
pendekatan bagi Negara berkembang untuk
berinteraksi dengan dunia international, yang hal itu di butuhkan persyaratan
dalam sumua komponen Negara, diantaranya adalah politik dan pemerintahan
sendiri, yang ini akan di implementasikan dalam beberapa agenda di antaranya.
Untuk meningkatkan stabilitas politik yaitu pembinaan kepemimpinan, pembangunan
administrasi Negara dan lain sebagainya,
Pembahasan
Dalam pembahasan kali
ini akan di bahas secara sistematik bagaimana politik luar negeri Indonesia
serta bagaimana pola dinamika hubungan internasional mempengaruhi pola politik
luar negri Indonesia, sehingga seperti yang mau kita jelaskan bagaimana peningkatam
politik luar negeri Indonesia pada masa orde baru, oleh karenanya dalam melihat
peningkatan pilitik luar negeri Indonesia pada masa orde baru tentu kita ulas
sedikit bagaimana politik luar negeri
sebelumnya untuk menjadi
perbandingan apakah politik luar negri itu mengalami peningkatan ,atau tetap
jalan pada tempatnya.
a.
Orde lama / masa sukarno
Sukarno merupakan presiden pertama Indonesia sejak kemerdekaan
rerpublik Indonesia yaitu merupakan awal dari pembentukan Negara NKRI dan
mendapatkannya pengakuan dari dunia internasional, sukarno sebagai pemimpin
Negara sudah pasti tidak bisa di pungkiri untuk berinteraksi dengan dunia
internasional, awal kemerdekaan Indonesia merupakan awal dari semua hal yang
berkaitan dengan komponen Negara, dari perundang undangan sampai pada acuan dan
falsafah Negara, UUD dan pancasila, sebagai Negara yang baru merdeka Indonesia
menerapakan politik luar negerinya dengan politik luar negri bebas aktif yang
di gagas oleh bung hatta,[10]
bebas aktif ini merupakan sikap
Indonesia dalam menghadapi politik internasional apalagi ketika itu dunia di hadapkan pada dua kekuatan dunia
yaitu bok barat dan blok timur, sehingga dari pada itu Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan
mandiri untuk menjalankan poltik luar negerinya, di tetapkan politik luar negeri
bebas aktif oleh bung hatta untuk menjadikan posisi Indonesia tidak masuk dalam
dua arus kekuatan dunia tersebut, oleh karenanya politik yang dimainkan oleh
bung karno adalah berhubungan dengan semua Negara adikuasa tersebut, dan
membuat posisi Indonesia di pandang sebagai Negara yang mandiri, di samping itu
dalam mempererat hubgungan internationalnya Indonesia sebagai ke eksistensinnya
dalam percaturan internasional, ikut serta dalam pembuatan Negara non blok GNB
yaitu perkumpulan Negara yang tidak ikut dalam dua arus tersebut,
Sebagai anggota dari Negara
non blok Indonesia dalam menjalankan politik luar negrinya, tentu mendapat ke
untungan untuk untuk bisa berhubungan secara dewasa dengan dua kutup itu, namun
bisa di pahami dari psikologi bangsa Indonesia bahwa pada masa itu Indonesia
masih Negara yang baru merdeka tentu politik yang di mainkan oleh bung karno
yaitu mengupayakan mendapatkan pengakuan, dan meyakinkan keberadaannya dalam
pentas international, sehingga yang di tonjolkan adalah bahwa Negara Indonesia
adalah Negara yang tegar yang tidak mau adanya klonialism dan imprealisme di
bumi Indonesia, sehingga politik bung karno terkesan konfrontatif, dengan
menolak semua jenis bantuan dari luar terutama dari barat sehingga yang
kemudian membuat hubungan Indonesia dengan barat tidak se harmonis mungkin, apalagi
sukarno dengan tegasnya mengatakan “ go
to hell with your aid”,[11]
sikap politik bung karno yang anti pada barat, karena bangtuan barat ini di
anggapnya sebagai penjajah, bung karno menolak semua jenis penjajahan terhadap
Indonesia, sehingga dengan sikap poltik luar negeri yang seperti ini membuat
Indonesia di satu sisi bagus karena upaya untuk menjaga kedaulatan Negara dari
semua jenis penjajahan,
Bung karno menjalankan politik luar negerinya dengan nasionalis
dan revolusioner hal ini tercermin dalam konfrontasi dengan Malaysia dan
politik anti bantuan barat yang di nilainya sebagai penjajahan bagi
Indonesia, selogan, “gayang malaysia, dan go to hell
with your aid”[12]
ini merupakan sifat radikal dari sukarno yang tidak lain adalah untuk
kepentingan Negara berdaulat baru untuk menancapkan namanya dalam panggung
international, dan yang sangat mengejutkan Indonesia dengan sokarno sebagai
pemimpin Negara menyatakan keluar dari organesasi bangsa bangsa ”PBB”, ini
merupakan kebijakan luar negeri yang sangat berani bagi sukarno.
b.
Era orde baru / masa soeharto
Soeharto merupakan presiden republik Indonesia ke dua setelah
jatuhnya kekuasaan bung karno, jatuhnya presiden bung karno merupakan
keterpurukan bagi Indonesia dalam semua aspek, terutama keadaan dalam negeri,
kesenjangan, gejolak sosial politik me warnai Indonesia pada tahun 1966 dimana
awal soharto jadi presiden dan berakhinya kekuasaan bung karno, kekacauan
Negara selepas peninggalan bung karno membuat soharto harus bekerja keras untuk
memulihkan keadaan , sehingga yang menjadi fokus awal Suharto adalah pemulihan
domestik,
Soeharto sebagai penerus pemerintahan sukarno bukan saja di
hadapkan pada persoalan domestik tetapi
juga permasalahan internasional, lihat bagaimana hubungan Indonesia dengan
barat, serta bagaimana hubungan Indonesia dengan Negara tetangga, Malaysia dan
singapura itu semua adalah persoalan yang harus di sikapi oleh Suharto, Suharto
sangat paham betul dengan situasi dan kebijakan apa yang harus di ambilnya
dengan situasi yang di hadapi, pada awal pemerintahannya Suharto sebagai kepala
Negara memfokuskan untuk pemulihan
pembangunan di dalam domistiknya[13]
karena dengan asumsi bahwa penguatan domistik ini akan memudahkan dan
medatangkan investor dari luar untuk kemajuan pembangunan dalam negerinya hal
ini yang tidak di mainkan oleh sukarno sehingga Negara tidak tercapai
kestabilannya,
Dalam politi luar negerinya Suharto menjalankannya dengan
koopratif dengan landasan politik luar negeri bebas aktif, ketika pilitik
politik luar negri Indonesia awal pemerintahan Suharto di hadapkan pada masalah
konflik regional, yaitu konflik konfrontasi dengan Malaysia, maka politik luar
negeri yang di mainkan oleh Suharto adalah untuk menyelesaikan konflik itu
dengan upaya perdamaian kedua Negara
tersebut, sehingga konflik itupun di akhiri secara formal di Jakarta, upaya keikut sertaan dalam panggung internasional tidak mudah dalam keadaan
Indonesia tidak lagi sebagai anggota PBB, maka oleh sebab itu Suharto kemudian
mengembalikan Indonesia menjadi anggota PBB,[14]
ini guna untuk menunjukkan ke eksistensian Indonesia dalam panggung
internasioanl, namun sejalan dengan itu dengan landasan politik luar negeri
bebas aktif Indonesia mulai eksis dan meningkatkan prilakunya di panggung
international yang di mulainya dari menjadi penggagas forum regional asia
tenggara dengan Negara negega lainya, sehingga terbentuklah forum itu yang di
kenal dengan ASEAN,[15]
terbentuknya forum ini merupakan upaya politik luar negeri bagi Negara yang
mempunyai permasalahan yang sama yaitu upaya untuk meningkatkan, keamanaa, ke
stabilan, pertumbuhan yang di gagas oleh lima Negara yang masing di dasari dari
konflik yang sama sehingga pempunyai kesadaran bersama pula untuk menjadi suatu
forum regional,
Forum regional ini merupakan awal yang di jadikan jempatan untuk
proses langkah langkah politik luar negerinya, dalam percaturan global, situasi
okonomi yang masih kurang stabil ini membuat Suharto hati hati dalam setiap
tindakannya, dan selalu menjalin hubungan baik dengan semua Negara, hal ini di
tunjukkan dalam pola yang ditunjukan oleh pak harto dalam kunjungannya ke uni
soviet, hal ini untuk menjaga landasan politik luar negeri yang bebas aktif, tetapi dalam perjalanannya banyak pihak yang menilai bahwa pada
kepemimpinannya pak harto lebih condong pada barat,[16]
dimana hal ini di dukung dengan fenomena gerakan anti Negara negara komunis,
yang mana Indonesia merupakan salah satu Negara yang juga anti gerakan
komunisme,
Indonesia terus mengalami peningkatan dalam segala hal baik ke
stabilan dalam negeri maupun ekonomi,
sejalan dengan itu Indonesia terus eksis dalam percaturan dunia, mulai dari
bergabungnya menjadi anggota OPEC, OKI, APEC, G 15, ini semua adalah
peningkatan politik luar negeri indonesia pada masa Suharto, sepanjang
pemerintahan Suharto selama 32 tahun bisa di petakan menjadi tiga masa, yang
pertama yaitu masa awal dimana pada waktu awal pemerintahanya Suharto
memfokuskan pada pembangunan dalam negerinya,
dengan menata semua aspek untuk menguatkan pondasi dalam menghadi percaturan
dunia, yang kedua yaitu masa perkembangan atau kejayaan dimana pada masa ini
Indonesia mencapai puncaknya dimata dunia, dengan sosok Suharto dan politik
luar negerinya yang berhasil mencapai stabilitas dalam semua aspek, yang ini kemudia menjadikan Negara Indonesia
sebagai singa di asia, hal ini tidak lain adalah karena ke eksistensianya dalam
percaturan internasional, dan aktif dalam pertemuan internasional sampai mau
akhir runtuhnya kekuasaan pak harto, Indonesia menjadi ketua GNB, masa yang
ketiga adalah masa penurunan atau keruntuhan kekuasaan Suharto dimana pada masa
waktu itu kawasan asia di hadapkan pada
krisis, yang hal itu juga berimbas pada Negara Indonesia hingga mengantar
Suharto turun dari tahta kekuasaanya dengan demonstrasi mahasiswa.
Kesimpulan
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif menempatkan Indonesia tidak
ikut dalam kolompok besar dua Negara adidaya , uni soviet dan amerika serikat,
politik luar negeri Indonesia terus di mainkan dan di tingkatkan oleh Suharto
dengan mengembalikan hubungan harmonis dengan Malaysia dan singapura, dan di
kembalikannya Indonesia menjadi anggota PBB, serta ikut serta dalam pembentukan
dan bahkan menjadi pelopor pembentukan forum regional ( asean ) dan juga aktif
dalam forum internasional lainya,seperti opec, oki, serta apec ini merupakan
peningkatan inetraksi internasioanl Indonesia dalam kebijakan luar negrinya
yang tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kemakmuran dan ke stabilan dalam
tingkat regional maupun global.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, rusadi, system politik indinesia, sinar baru al gensindo,
bandung 1999
Reoder OG, the smiling general,1969
http//; ahistoris politik
luar negeri indonesia « Yolis212niba's Weblog.htm di akses jumat 29 april 2011
http//; Periodisasi Politik Luar Negeri Indonesia dari Masa Orde
Lama hingga Masa Reformasi.htm. diakses jumat 29 april 2011
http//;politik-luar-negeri-soekarno-soeharto.html di akse kamis 28
april 2011
[1]
Ditulis Oleh Mahrus Mahasiswa Hhubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Malang
[2] uu
nomer 1 tahun 1982
[3]
Definisi politik luar negri “ by kolompok 2
[4]http://
Periodisasi Politik Luar Negeri Indonesia dari Masa Orde Lama hingga Masa
Reformasi.htm. di akses sabtu 2011
[5]
Rusadi kantaprawira , system pilitik Indonesia, 1999
[6]
ibid
[7]
ibid
[8]
Ibid
[9]
Alfian, perkembangan politik Indonesia selama 25 tahun merdeka, Jakarta 1971
[10]
http:// Periodisasi Politik Luar Negeri Indonesia dari Masa Orde Lama hingga
Masa Reformasi.htm. di akses sabtu 2011
[11]
Bung karno said
[12]
Bung karno said
[13]
Og roeder , the smilling general,1969
[14]
http://www.progind.net Monday, 30/Mar/2009 10:10 / Page 33
[15] http://rahmatxgrafi.blogspot.com/2010/03/pembentukan-asean.html
[16] http://renggamoslem.wordpress.com/2009/04/01/17/
1 komentar:
Apa yang bisa dipelajari dari hubungan atau politik (kebijakan) luar negeri indonesia di msa Suharto? kiranya kita dapat mengevaluasinya dengan baik dan merancang suatu relasi yang lebih memposisikan Indonesia yang kasihan ini pada kancah persaingan dunia,,,,
Posting Komentar