KEKERASAN
BUDAYA
Oleh
: Johan Galtung
Sebelum kita
membahas tentang kekerasan budaya, kekerasan langsung dan juga kekerasan
structural menurut johan galtung.
terlebih dahulu kami akan menjelaskan devinisi kekerasan itu sendiri.
Kekerasan lazimnya
kita menyebutnya dengan violence, berasal dari bahasa latin yaitu vis yang
berarti daya, kekuatan dan latus brasal dari feree yang berarti membawa, yang
kemudian berarti membawa kekuatan. Namun menurut johan galtung kekerasan adalah
sebagai segala sesuatu yang menyebabkan orang terhalang untuk
mengaktualisasikan potensi diri secara wajar, karena pada hakikatnya setiap
individu mempunyai hak dan potensi untuk mengaktualisasikan diri secara wajar
dan natural.
DEVINISI
KEKERASAN LANGSUNG
Kekerasan langsung
adalah kekerasan yang dilakukan oleh satu atao sekelompok actor kepada pihak
lain dengan menggunakan alat kekerasan, dan seringkali lebih bersifat fisik dan
secara langsung, jelas siapa subjek siapa objek, siapa korban dan siapa
pelakunya. Seperti contoh pembunuhan, pemotongan anggota tubuh dan lain
sebagainya. Jadi identifikasi paling mendasar tentang kekerasan langsung adalah
dengan adanya korban luka maupun meninggal.
DEVINISI KEKERASAN
STRUCTURAL/ TIDAK LANGSUNG
Kekerasan tidak langsung
adalah kebalikan dari kekerasan langsung, dimana lebih bersifat psikis, seperti
contoh kasus gizi buruk, itu bukan akibat ulah kekerasan yang dilakukan secara
langsung tetapi lebih kepada akibat tatanan sistem politik, sosial budaya dan
juga ekonomi yang tidak adil atau tidak seimbang dalam menjalankan peranya,
karena alas an ini sehingga menyebabkan kekerasan menjadi terbuka, atau contoh
lain seperti pembalasan dendam, pengasingan, blockade, diskriminasi,.
DEVINISI KEKERASAN
KULTURAL / BUDAYA
Kekerasan budaya
yakni nilai nilai budaya yang di gunakan untuk
membenarkan dan mengesahkan penggunaan kekerasan langsung atau tidak
langsung, wujud dari kekerasan cultural adalah bendera kebangsaan, pidato para
pemimpin,dalil dalil dalam agama, dan beragam poster yang membangkitkan
dorongan untuk menjalan kan kekerasan sehingga kekerasan ini menjadi sah secara
budaya dan mendapatkan legitimasi.
Lalu bagaimana
hubungan kekerasan dengan konflik? Jelas
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat karena kekerasan adalah merupakan
aktualisasi daripada konflik, dan konflik itu sendiri menempatkan dirinya
berada pada alam bawah sadar atau di otak kita. Jadi kekerasan itu berangkat
terlebih dahulu dari konflik yang tersimpan dalam memori kita kemudian berujung
pada terjadinya benturan fisik atau psikis. Lalu bagaimana resolusi konfliknya
? akan lebih mudah bagi kita untuk menawarkan resolusi konfliknya jika terlebih
dahulu kita mengetahui jenis kekerasan apa yang terjadi , Kekerasan langsung,
tidak langsung atau kekerasan budaya. Jika jenis kekerasan yang terjadi adalah
kekerasan langsung maka yang paling tepat adalah dengan menggunakan kakuatan
diluar kedua belah pihak yang berkonflik dan tentu harus lebih kuat. Jika
kekerasan yang terjadi adalah kekerasan tidak langsung maka yang paling tepat
di gunakan adalah memutuskan mata rantai yang menyebabkan terus menerusnya kelangsungan
hidup kekerasan struktural tersebut dengan cara memberikan pengetahuan kepada
generasi selanjutyna bahwa kekerasan itu harus di hentikan dan menyediakan
mediator yang telah di setujui oleh kedua belah fihak, serta menjalin,dan
menjaga komunikasi yang baik dan seimbang. Sehingga yang menjadi inti dari struktur itu adalah pengertian tentang nilai
nilai positif yang akan berujung pada berhentinya kekerasan structural tersebut yang mengarah pada gerakan massif.
Kelompok 9 :
1. Fela Layyin (07260116)
2. Ikhrotul Fitriyah (07260119)
3. Saiful Milah (07260078)
4. Devi Fitriani (07260067)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar