Pengalaman
Lintas Negara ( Malaysia, Singapore, Thailand)
#Part 1 (Malaysia)
Dinginnya
malam Malang jam 24.00 tak menyurutkan semangat rombongan 54 mahasiswa Hubungan
Internasional Malang untuk berangkat menuju bandara Djuanda Surabaya untuk mengikuti
SE ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Jalan raya terlihat sepi hanya
truk-truk besar yang melintas jalan Malang-DJuanda, perjalanan malam memang tak
seperti siang yang selalu padat oleh lalu lalang aktifitas truk berat, motor
maupun mobil pribadi. walaupun demikian kami masih tak bisa tidur nyenyak, sesekali ban mobil masuk dalam
kubangan-kubanagan aspal yang tak kunjung diperbaiki, atau memang mereka, para
dewan-dewan rakyat ataupun pemerintah pura-pura tak punya mata dan telinga
untuk melihat dan mendengarkan ironisnya negeri ini.
Negeri yang berpenduduk terbesar di ASEAN bahkan separuh penduduk ASEAN adalah rakyat Indonesia. Dengan logika tersebut pemasukan dari pajak-pajak tanah dan kendaraan berlimpah ruah sehingga digunakan untuk membangun infrasrtruktur fasilitas umum seperti jalan raya, tol dan lain sebagainya belum lagi SDA yang berlimpah, namun tak tahu entah kemana pemasukan pemerintah yang konon dari rakyat untuk rakyat itu.
Negeri yang berpenduduk terbesar di ASEAN bahkan separuh penduduk ASEAN adalah rakyat Indonesia. Dengan logika tersebut pemasukan dari pajak-pajak tanah dan kendaraan berlimpah ruah sehingga digunakan untuk membangun infrasrtruktur fasilitas umum seperti jalan raya, tol dan lain sebagainya belum lagi SDA yang berlimpah, namun tak tahu entah kemana pemasukan pemerintah yang konon dari rakyat untuk rakyat itu.
Pengalaman spiritual diatas pesawat
Tepat
pukul 5.30 pesawat sudah siap take off,
indah sekali melihat sunrise yang muncul
dibalik pesawat bermotif putih dengan tulisan khas merahnya, ini baru kali
pertama bagiku menikmati sunrise dari
atas pesawat, matahari dan pesawat seperti sejajar tinggi sehingga terasa jelas
indah pemandangan dipaagi itu, tak semua orang bisa menikmati pemandangan langka seperti
ini, kecuali orang-orang yang berada didekat jendela samping kanan pesawat.
Sungguh pemandangan indah, setara dengan menikmati sunrise di tengah laut, diatas perahu yang pernah kunikmati dahulu.
Perlahan tapi pasti pesawat mulai di take
off, gemuruh mesin pesawat yang semakin bergerak keatas dan terus keatas
hingga hanya terlihat atap-atap rumah kuning kemerahan.
Semakin lama pesawat terbang semakin tinggi dan akhirnya tak terlihat kemerahan-merahan atap rumah berubah menjadi putih bersih tertutupi oleh awan bak salju memutih, aku takjub melihat pemandangan dipagi yang cerah. Aku seperti melihat kerajaan-kerajaan dilangit, dengan singgah sana putih bersih, awan-awan seperti membentuk formasi bak kerajaan jaman dahulu, mereka berkejaran silih berganti, terlintas di benakku sepenggal ayat Al-Quran yang ditulis berulang-ulang dalam Al-Qur’an “fabiayyi ala irrobbikuma tukadziban” maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan.
Semakin lama pesawat terbang semakin tinggi dan akhirnya tak terlihat kemerahan-merahan atap rumah berubah menjadi putih bersih tertutupi oleh awan bak salju memutih, aku takjub melihat pemandangan dipagi yang cerah. Aku seperti melihat kerajaan-kerajaan dilangit, dengan singgah sana putih bersih, awan-awan seperti membentuk formasi bak kerajaan jaman dahulu, mereka berkejaran silih berganti, terlintas di benakku sepenggal ayat Al-Quran yang ditulis berulang-ulang dalam Al-Qur’an “fabiayyi ala irrobbikuma tukadziban” maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan.
Sungguh
besar karunia -Nya, dilihat dari jauh isi bumi terlihat semakin kecil dan
semakin kecil, artinya kita tidak ada apa-apanya, tidak pantas bagi kita
menyombongkan diri karena peradaban yang berhasil kita bentuk, kemajuan
teknologi yang manusia buat membuat kita terkadang lupa diri, kebesaranNya tak
mungkin bisa tertandingi. Sikap yang terbaik bagi kita adalah tawakkal,
berserah diri kepaNya, tidak sombong sekaligus tidak boleh putus asa. Jika kita
berhasil menanamkan sikap tersebut insyAllah hidup terasa indah, tidak takut
dan tidak putus asa dalam menjalani hidup.
University Malaysia At Glance
Setelah
berjam-jam kami berbelanja di rumah coklat yang terletak di sekitar icon
Malaysia, petronas atau yang dikenal menara kembar, rombongan melakukan layatan
ke Universiti Malaya, Universitas yang mempunyai luas kurang lebih 900 hektar,
setidaknya ada 14 asrama buat mahasiswa/i yang berasal dari luar maupun dalam
negeri, disana kami di sambut dengan baik. Pihak kampus menjelaskan banyak
tentang profile kampus, pertukaran pelajar bagi kampus yang mempunyai
perjanjian sampai research bagi
mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian disana, setelah presentasi usai kami
di ajak berkeliling mengitari kampus yang sangat luas, indah nan bersih
pemandangan-pemandangan universiti Malaya.
Keliling kampus berakhir di museum kampus yang berisi warisan-warisan budaya Malaysia, cukup mengherankan karena didalamnya berisi berbagai alat atau benda-benda yang ada di Indonesia seperti pasangan batik laki-laki perempuan, ada juga semacam wayang kulit serta alat music gamelan. Dulunya semua barang yang ada di museum tidak boleh di foto, karena dihawatirkan akan disebarluaskan, dicontoh dll, akan tetapi sekarang tak masalah, papar guide yang memandu kami.
Keliling kampus berakhir di museum kampus yang berisi warisan-warisan budaya Malaysia, cukup mengherankan karena didalamnya berisi berbagai alat atau benda-benda yang ada di Indonesia seperti pasangan batik laki-laki perempuan, ada juga semacam wayang kulit serta alat music gamelan. Dulunya semua barang yang ada di museum tidak boleh di foto, karena dihawatirkan akan disebarluaskan, dicontoh dll, akan tetapi sekarang tak masalah, papar guide yang memandu kami.
Welcome Home
“Berkunjung ke Malaysia, kalau tidak mampir
di KBRI Malaysia seperti halnya pulang
kampung tapi tidak mampir kerumah, jadi karena kalian sudah disini silahkan
anggap rumah sendiri, selamat datang dikampung halaman, welcome home ”,
papar atase Indonesia di Malaysia. Sungguh terasa suasana ke-Indonesiaan di
KBRI Malaysia, dekorasi, muka-muka Indonesia yang sedang mengurus perijinan dan
para pegawai yang berbahasa Indonesia membuat kami benar-benar serasa di
Indonesia. Disana kami bisa tertawa lepas, bercanda gurau melemaskan otot-otot
yang sempat tegang karena harus menjaga sikap kepada orang-orang Malaysia,
seperti layaknya orang yang pergi merantau jauh dan kembali ke kampung halaman.
Atase yang dahulunya sebagai dosen bahasa Ingris disebuah perguruaan tinggi di
Indonesia menjelaskan sekelumit hubungan Indonesia-Malaysia dan sejarahnya.
“
seandainya tidak ada penjajahan dijamana
oleh Inggris dan Belanda dijaman dahulu, maka tidak akan ada yang namanya
negara Indonesia ataupun negara Malaysia, karena memang kita adalah bangsa
serumpun, nah gara-gara penjajah masuk dan kemudian ditentukan batas-batas
Negara diamana tanah yang dijajah belanda menjadi Negara Indonesia, sedangkan
yang dijajah Ingris menjadi Negara Malaysia, nah berangkat dari sana penyebab
terjadinya pembagian wilayah”.
Bapak
atase yang mempunyai sikap tegas juga membantu perintis hubungan antara BEM
Universitas se-Indonesia dan BEM se- Malaysia, beliau memfasilitasi kedua belah
pihak dan dalam dekat-dekat ini akan mengadakan kongres perdananya.
Anomali Bangsa Indonesia
Ketika
pertama datang di KBRI saya sangat bangga kepada Indonesia, kantor KBRI kita
di Malaysia terkesan rapi dan bersih, tak sembarang orang yang bisa masuk
kedalam KBRI, untuk membuka pintu masuk ke aula saja harus memakai ID karyawan
yang di scankan ke pintu, lumayan canggih, tapi semua terciderai ketika saya
bertanya soal mushola. Pak dimana saya bisa sholat? “oh disini tidak ada dik, jadi adik harus keluar kemudian belok kanan,
disana ada mushola” sangat disayangkan kantor semewah dan sebesar ini tidak
ada musholanya, sudah mendarah daging setiap rumah-rumah ataupun kantor di
Indonesia ada musholanya.
Kekecewaanku
tak berhenti disitu, niat sholatku kandas setelah melihat kondisi kamar mandi yang
sangat jorok tak terurus, dengan segenap hati ku mencoba menutup hidungku
dengan tangan kananku, tapi bau pesing yang menyengat membuatku melemahkan niat
suciku untuk menunaikan kewajibanku, sangat parah, tak layak disebut kamar
mandi dengan kondisi seperti itu. Kalau boleh bilang ini adalah kamar mandi
terjorok yang pernah saya lihat di instansi pemerintahan. Anomaly, seharusnya
para TKI yang sudah lama kerja dan tinggal di Malaysia yang sangat memnjunjung
tinggi kebersihan seharusnya mampu beradaptasi dengan lingkungan, tidak usah
membawa budaya kebanyakan orang Indonesia yang jorok.
1 komentar:
keren nih cerita pengalamannya ke luar negeri
http://www.marketingkita.com/2017/08/distributor-mencari-produsen-menurut-ilmu-marketing.html
Posting Komentar