“Area Bebas Calo & Bebas Korupsi” BULSHIT
Ketika
Alm Gusdur ditanya tentang rencana pembuabaran MPR (Majelis Perwakilan Rakyat)
;
“Kenapa Gus mau membubarkan MPR ? kan kalo
mau membunuh nyamuk tidak usahlah kita membakar rumah, cukup nyamuknya saja
yang dibunuh, Tanya Kick Andi pada sebuah wawancara waktu itu, dengan santai gusdur menjawab “ya, karena rumahnya
sudah dikuasai oleh nyamuk, ya mau tidak mau rumah itu harus dibakar.
Artinya
institusi tersebut waktu itu menurut perspektif Gusdur sudah dikuasai oleh para
koruptor-koruptor yang menghisap darah masyarakat Indonesia, jadi sudah tidak
ada gunanya badan tersebut di pertahankan. Begitulah gambaran badan-badan dan
birokrasi di negeri tercinta kita ini. Sudah banyak terbukti badan yang
seharusnya sebagai penegak hukum seperti kejaksaan, polisi dll malah menempati
urutan teratas sebagai badan yang korup. Sebenarnya aku tidak mengkampanyekan
tiap institusi agar dibubarkan, akan tetapi memang kita harus benar-benar
berbenah diri.
Dengan
banyaknya koruptor-koruptor yang ditangkap dan maraknya kampanye soal good government setiap badan instasi
pemerintahan banyak yang menggunakan sloga-slogan anti korupsi, bebas calo dll.
aku sangat apresiasi dengan slogan tersebut, tapi fakta dilapangan yang membuatku
apatis dengan bangsa ini.
Ini
berdasarkan pengalaman pribadiku, kala itu aku diminnta bantuan untuk mengurus
paspor kedua adikku yang kebetulan kembar cowok-cewek, sebagai seorang anak
yang ingin berbakti kepada kedua orang dengan segenap upaya membuat paspor adikku.
Dengan pakaian setengah basah karena kehujanan dalam perjalannan dari malang
menuju sebuah imigrasi di Surabaya aku menulis formulir yang dijual 17 000/ pieces-nya
yang seharusnya formulir itu dibagikan free
bagi pemohon paspor kecuali materei. aku sadar mengurus paspor anak dibawah
umur lumayan sulit karena rawan human
trafficking, apalagi kedua orang tua ada diluar negeri dan tidak bisa
mendampingi wawancara adik-adik, ya aku sadar itu.
Pertama-tama
aku di layani oleh seorang karyawan wanita tinggi dan cantik, sepertinya dia
masih karyawan baru dan tidak punya otoritas untuk mengeluarkan putusan apapun,
setiap terjadi permasalahan dengan berkas-berkas dia selalu konsultasi dengan
rekan kerja disebelahnya. Bertanya tak memungkinkan lagi karena antrian yang
masih panjang, karyawan tadi memanggil karyawan lain yang kelihatannya lebih
senior, dengan suara serak dia bertanya
“ ia ada apa mas?” ini pak mau ngurus paspor adik. “ oh, mau diurus
sendiri atau seperti apa ?” aku berpikir sejenak maksud perkataan bapak
karyawan tadi kira-kira apa maksudnya? Oh,langsung pikirannku teringatkan oleh
oknum yang menawariku menguruskan SIM dengan kata-kata seperti itu, akhirnya
aku tahu maksud bapak itu yang tak lain adalah dia akan memuluskan pembuatan
paspor adikku dengan jalan belakang, bertolak belakang dengan idealisme seorang
mahasiswa, dengan tegas aku mengatakan “ ya, saya urus sendiri”.
Ternyata
urusannya semakin kompleks, seakan-akan aku telah menantang singa dikandanganya
tanpa dilengkapi senjata. Semua dokumen-dokumen yang aku bawa dipermasalahkan,
mulai dari legalisir akte, surat nikah dan dampingan orang tua, semua semakin
rumit aku kalah argument dengan linkaran setan yang sudah terorganisir dan
piawai dibidangnya.
Waktu
operasional kantorpun sudah tutup, rasanya sia-sia sudah datang keimigrasi
Surabaya dari Malang, tapi aku tak menyerah begitu saja. aku yakin masih ada
sesuatu yang tak beres dengan semuanya. aku mencoba mencari celah dan kudapi
sejumlah orang yang berpakain baisa, bukan baju dinas tapi memakai ID card yang
berwarna kuning, siapa kah gerangan? Sebagai apa mereka disini? Pikiranku
dipenuhi dengan pertanyaan curiga.
Calo yang dilegalkan
Kebetulan
sekali aku bertemu dengan seorang bapak-bapak berkumis tebal dari Madura,
kemudian kami berkenalan dan menceritakan perihal kesulitan saya, tak sengaja
seorang penjaga parkir yang sepertinya sudah mengenal sekali lingkungan
imigrasi mendengar pembicaraan kami menyelang pembicaraan.
“oh itu sudah biasa mas, disini memang sengaja
dipersulit, masnya darimana?” dari Madura pak “wah dari Madura ya, apalagi dari
Madura, setiap orang Madura yang mengurus paspor disini lebih dipersulit lagi,
tak tahu mengapa, berbeda lagi kalau yang ngurus itu matanya sipit, alias orang
China, mudah sekali mereka buat paspor. biasanya orang yang dipersulit minta
bantuan calo-calo mas” yang mana calonya pak? “itu, yang pakai ID card kuning”.
Kemudian
bapak dengan kumis tebal tadi
menyelang “ loh, itu, slogan area bebas
calo itu untuk apa??” haha itu mah hanya sebatas slogan saja, semuanya tak
benar, lihat calo-calo itu, kartu kuning yang melekat didadanya itu yang
mengeluarkan pihak imigrasi, mereka dilegalkan oleh pihak imigrasi, nantinya
mereka akan bersinergi dalam urusan paspor, pihak imigrasi mempersulit pemohon,
kemudian pemohon meminta bantuan kepada calo, calo dapat duit dari pemohon dan
sang karyawan imigrasipun dmeikian.
Aku
tersenyum sinis, kesal mendengar info terpercaya dari sang jukir, ingin rasaya
menggigit para oknum-oknum yang menghisap darah masyarakat, mereka
lintah-lintah darat yang sebenarnya. Tak cukup denga itu, aku mencoba mendekati
seorang calo legal yang memakai ID card kuning.
Permisi bang, ini nih saya ada masalah,
abang bisa bantu ? “ masalahnya apa mas” saya menceritakan semua permasalahn yang
saya hadapi.oh ya kira-kira abang bisa bantu tidak? Kalau iya, kira-kira berapa
ya bang? “surat-suratnya lengkap?” lengkap bang “coba’ saya lihat, OK saya bisa
dan perorangnya Rp800.000”.
Ternyata
benar apa kata jukir tadi, semuanya bisa jika diuruskan dengan calo legal dan yang
paling penting punya uang banyak, sungguh scenario busuk yang merendahkan moral
bangsa, harga paspor yang bisa dengan 250 ribua disulap menjadi sekian
mahalnya, tak berhenti disitu,saya melanjutkan pertanyaan yang belum calo legal
itu tahu.
Oh ya bang, adik saya ini kedua
orang tuanya ada diluar negeri lho, jadi tidak bisa mendampingi wawancara, tapi
saya kakak kandungnya, satu KK juga kok, saya juga punya paspor dan saya yang
akan bertanggung jawab semua, karena saya yang akan mengantar adik saya menemui
kedua orang tua sekalian liburan. Dia mengkerutkan wajahnya dan berkata “oh,
kalo begitu saya bawa berkas-berkasnya kedalam dulu, saya konsultasikan ke
karyawannya dulu” ok silahkan dibawa, sekitar sepuluh menit kemudian dia datang
dengan muka taj bersalah dia berkata “wah kalo seperti ini perorangnya
Rp.1.500.000,- mas jadi dua orang 3.000.000,-, yang wawancarai saja minta
500.000 per orang“
Hatiku
semakin sakit mendengar perkataan calo tadi “ yang mewawancarai saja minta
500.000 perorang”. Inilah alasan mengapa setiap urusan dipersulit, alasannya
hanya satu karena mereka ingin disogok dan minta disogok. Ini alasan kenapa
para investor-investor itu berpikir dua kali untuk berinvestasi di Idonesia.
Indonesia
ibaratnya Islam, tak akan hancur kecuali orang dalam sendiri yang
menghancurkannya. INDONESIA mari berbenah, jangan biarkan mereka kehilangan nasionalisme-nya gara
mereka dipersulit untuk mendapatkan hak mereka sendiri. Coba kita renungkan,
jangan-jangan ini salah satu alasan mereka berpindah kewarganegaraan ketika
mendapatkan kesempatan pindah waganegara seperti paman seorang temanku yang
apatis pada indonesia dan kemudian pindah kewarganegaannya.
Oleh: Fadhor Rohman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar