European Union
(EU) merupakan integrasi regionalism paling berhasil di dunia ini, kesuksesan dalam menyatukan
Negara-negara Eropa barat dahulu kala yang dihantui rasa takut disebabkan oleh
peperangan yang bertubi-tubi dimasa lampau dapat diredam sehingga tidak terjadi
adanya peperangan seperti yang dilakukan oleh Jerman pada perang dunia II,
nampaknya tingakat interdependensi diantara anggota EU menjadi alasan utama mereka
berdamai. Bermula dari kehancuran perekonomian Negara-negara yang ada di Eropa
setelah usainya perang dunia II dan kemudian datanglah bantuan yang dikenal Marshal Plan oleh Amerika Serikat kepada
Negara-negara Eropa dan sejumlah Negara lain.
Tidak
lama setelah bantuan Marshall Plan Negara Eropa barat membentuk kerja sama yang
lebih erat yang dikenal European Coal and
Steel Community (ECSC) yang berfungsi untuk mengatur pemasaran, produksi
baja diantara anggota didalamnya yaitu Jerman, Perancis Ingriss dan Negara
BENELUX meningkat ke kerjasama yang lebih tinggi seperti European Economic
Community (EEC) sehingga menjadi sekarang, penyatuan Currency atau mata uang tunggal diantara anggota EU, keanggotaan
EU semakin lama semakin berkembang sehingga pada saat ini mencapai 27 negara,
dari keberhasilan EU dalam melakukan integrasi dilinkup Eropa pastinya EU
membutuhkan rekanan yang bisa meningkatkan perekonomian anggota EU, Association SouthEast Asean Nations
(ASEAN) yang berdiri pada tahun 1967 merupakan kumpulan negara-negara yang kaya
akan sumberdaya alamnya (SDA) dan mayoritas masih menyandang predikat sebagai
Negara-negara berkembang, melimpahnya SDA tersebut tentunya membutuhkan pasar
yang banyak agar mendapatkan harga terbaik, sedangkan mayoritas anggota EU
merupakan kumpulan Negara-negara yang kaya, yang notabene Negara industry yang
memerlukan banyak bahan mentah demi mengelola perindustriannya.
Konsep Keunggulan Komparatif
David Ricardo
merupakan pencetus konsep keunggulan komparatif yang menjadi alasan antar
bangsa itu mengimpor suatu barang sehingga terjadilah perdagangan internasional.
Prinsip dasar kenggulan komparatif sangat sedrhana ; lebih baik mengimpor suatu
barang kalau kerugian akibat mengimpor barang itu lebih kecil daripada biaya memproduksinya
di dalam negeri.[2]
Lebih tepatnya konsep keungulan komparatif didasarkan pada konsep “opportunity cost” yang didefinisikan
sebagai nilai dari penggunaan alternative paling baik dari sumber daya langka,
sepeti tenaga kerja atau wool,
keunngulan komparatif menyatakan bahwa suatu bangsa sebaiknya mengimpor kain
kalau “opportunity cost” dari barang
impor itu lebih kecil daripada “opportunity
cost” di produksi domestic,
prinsipnya adalah memperoleh barang yang diinginkam degan pengorbanan sedikit
mungkin.[3]
Kebutuhan
antara EU dan Negara-negara ASEAN saling melengkapi sehingga pada akhirnya
mereka melakukan kerjasama-kerjasama yang saling menguntungkan. Kerjasama Uni
Eropa-ASEAN telah bersemi sejak tahun 1972 ketika ASEAN membentuk SCCAN (Special Coordinating Committee of ASEAN
Nations) untuk mengadakan dialog dengan Uni Eropa. Pada tahun 1975 hubungan
kedua organisasi semakin erat dengan dibentuknya Joint Study Group ASEAN-ME
yang tidak lain adalah embrio lahirnya kerjasama ASEAN-ME secara formal dengan
kerangka kerja institusional seperti Post Minesterial Conference, ASEAN-EU
Minesterial Meeting (AEMM), Joint Cooperation Committee (JCC). Pada tahun 2007
babak baru kerjasama ekonomi keduanya mulai terlihat dengan adanya EU-ASEAN
Free Trade Agreement.[4]
Berdasarkan
Trade Sustainability Impact Assessment of
the FTA to be negotiated between the EU and ASEAN Report, secara
keseluruhan FTA mempunyai dampak positif yang besar bagi ASEAN (terhadap PDB,
pendapatan, perdagangan dan lapangan pekerjaan.
Jika diukur dari nilai total perdagangan, EU merupakan mitra kerja
terpenting nomor 3 bagi ASEAN, sedangkan ASEAN merupakan mitra dagang
terpenting nomor 5 bagi EU. Sekitar 12% tujuan ekspor negara-negara ASEAN
adalah EU, dan sekitar 10% impor negara-negara ASEAN berasal dari EU. Dari
keseluruhan ekspor EU, sekitar 4% dengan tujuan negara-negara ASEAN, sedangkan
dari total impor EU sekitar 6% berasal dari negara-negara ASEAN[5].
ASEAN
mengalami pertumbuhan surplus perdagangan dengan EU dengan produk ekspor utama
terdiri dari peralatan kantor, listrik, komunikasi, apparel, asesoris pakaian,
kimia organik dan sepatu. Ekspor utama EU ke ASEAN terdiri dari peralatan
listrik, peralatan dan perlengkapan umum industri, mesin-mesin industri khusus,
genset, peralatan komunikasi dan transportasi (selain transportasi darat).
Meskipun terdapat banyak perdagangan antar industri, ekspor dari ASEAN
cenderung hanya barang-barang konsumsi, sedangkan ekspor dari EU sebagian besar
barang-barang modal[6].
Kerjasama akhir-akhir ini antara ASEAN dan Uni-Eropa
adalah mengadadakan KTT Bisnis ASEAN-Uni Eropa pada 6 April
2011, KTT ini merupakan forum tingkat tinggi untuk para pelaku usaha dan
pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada di dalam hubungan perdagangan
antara negara ASEAN dan Uni Eropa sekaligus melihat peluang bisnis dan
investasi di kedua belah pihak,” kata Mari Elka Pangestu, Menteri
Perdagangan RI/Ketua para
Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Minister Chair).[7] “Pertemuan ini akan menjadi wadah bagi
komunitas bisnis dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk saling
mendengarkan satu sama lain. Sehingga nantinya akan terbentuk hubungan kerja
sama yang tidak hanya G to G atau
pun B to B, melainkan juga G
to B, dan sebaliknya,” lanjut
Mari Pangestu[8].
Kesimpulan
Dari
uraian diatas kita bias tarik suatu kesimpulan bahwa diantara kedua regional
mempunyai keinginan dalam meningkatkan kerjasama terutama dibidang perekonomian,
kerjasama-kerjasama telah dilakukan guna mempererat huubungan diantara
keduanya, seperti diadakanya FTA pada tahun 2007, dan di launchingnya KTT
bisnis untuk yang pertama kali pada 6 April kemarin dilain pihak antara ASEAN
dan Uni Eropa sudah melakukan KTT tingkat menteri Ekonomi yang sudah berjalan
10 tahun.
[1]
Oleh Fadhor Rohman
[2]
Mohtar Mas’oed 1998 “ Perdagangan dalam perspeltif Ekonmi Politik
International.Indonesia
[3]
Ibid.
[4] Trade
Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and
ASEAN 2009 dalam www.ecorys.com.
[5]
Ibid.
[6]
Ibid.
[7]http://www.asean-eubizsummit.com
diakses pada taggal 12 Juni 2011.
[8]
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar