Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 14 Juni 2011

kerjasama ASEAN dan UNI EROPA


Upaya kerjasama ekonomi regional ASEAN-Uni Eropa dalam meningkatkan perdagangan[1]

European Union (EU) merupakan integrasi regionalism paling berhasil  di dunia ini, kesuksesan dalam menyatukan Negara-negara Eropa barat dahulu kala yang dihantui rasa takut disebabkan oleh peperangan yang bertubi-tubi dimasa lampau dapat diredam sehingga tidak terjadi adanya peperangan seperti yang dilakukan oleh Jerman pada perang dunia II, nampaknya tingakat interdependensi diantara anggota EU menjadi alasan utama mereka berdamai. Bermula dari kehancuran perekonomian Negara-negara yang ada di Eropa setelah usainya perang dunia II dan kemudian datanglah bantuan yang dikenal Marshal Plan oleh Amerika Serikat kepada Negara-negara Eropa dan sejumlah Negara lain.
Tidak lama setelah bantuan Marshall Plan Negara Eropa barat membentuk kerja sama yang lebih erat yang dikenal European Coal and Steel Community (ECSC) yang berfungsi untuk mengatur pemasaran, produksi baja diantara anggota didalamnya yaitu Jerman, Perancis Ingriss dan Negara BENELUX meningkat ke kerjasama yang lebih tinggi seperti European Economic Community (EEC) sehingga menjadi sekarang, penyatuan Currency atau mata uang tunggal diantara anggota EU, keanggotaan EU semakin lama semakin berkembang sehingga pada saat ini mencapai 27 negara, dari keberhasilan EU dalam melakukan integrasi dilinkup Eropa pastinya EU membutuhkan rekanan yang bisa meningkatkan perekonomian anggota EU, Association SouthEast Asean Nations (ASEAN) yang berdiri pada tahun 1967 merupakan kumpulan negara-negara yang kaya akan sumberdaya alamnya (SDA) dan mayoritas masih menyandang predikat sebagai Negara-negara berkembang, melimpahnya SDA tersebut tentunya membutuhkan pasar yang banyak agar mendapatkan harga terbaik, sedangkan mayoritas anggota EU merupakan kumpulan Negara-negara yang kaya, yang notabene Negara industry yang memerlukan banyak bahan mentah demi mengelola perindustriannya.
Konsep Keunggulan Komparatif
David Ricardo merupakan pencetus konsep keunggulan komparatif yang menjadi alasan antar bangsa itu mengimpor suatu barang sehingga terjadilah perdagangan internasional. Prinsip dasar kenggulan komparatif sangat sedrhana ; lebih baik mengimpor suatu barang kalau kerugian akibat mengimpor barang itu lebih kecil daripada biaya memproduksinya di dalam negeri.[2] Lebih tepatnya konsep keungulan komparatif didasarkan pada konsep “opportunity cost” yang didefinisikan sebagai nilai dari penggunaan alternative paling baik dari sumber daya langka, sepeti tenaga kerja atau wool, keunngulan komparatif menyatakan bahwa suatu bangsa sebaiknya mengimpor kain kalau “opportunity cost” dari barang impor itu lebih kecil daripada “opportunity cost” di produksi domestic, prinsipnya adalah memperoleh barang yang diinginkam degan pengorbanan sedikit mungkin.[3]
Kebutuhan antara EU dan Negara-negara ASEAN saling melengkapi sehingga pada akhirnya mereka melakukan kerjasama-kerjasama yang saling menguntungkan. Kerjasama Uni Eropa-ASEAN telah bersemi sejak tahun 1972 ketika ASEAN membentuk SCCAN (Special Coordinating Committee of ASEAN Nations) untuk mengadakan dialog dengan Uni Eropa. Pada tahun 1975 hubungan kedua organisasi semakin erat dengan dibentuknya Joint Study Group ASEAN-ME yang tidak lain adalah embrio lahirnya kerjasama ASEAN-ME secara formal dengan kerangka kerja institusional seperti Post Minesterial Conference, ASEAN-EU Minesterial Meeting (AEMM), Joint Cooperation Committee (JCC). Pada tahun 2007 babak baru kerjasama ekonomi keduanya mulai terlihat dengan adanya EU-ASEAN Free Trade Agreement.[4]
Berdasarkan Trade Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and ASEAN Report, secara keseluruhan FTA mempunyai dampak positif yang besar bagi ASEAN (terhadap PDB, pendapatan, perdagangan dan lapangan pekerjaan.  Jika diukur dari nilai total perdagangan, EU merupakan mitra kerja terpenting nomor 3 bagi ASEAN, sedangkan ASEAN merupakan mitra dagang terpenting nomor 5 bagi EU. Sekitar 12% tujuan ekspor negara-negara ASEAN adalah EU, dan sekitar 10% impor negara-negara ASEAN berasal dari EU. Dari keseluruhan ekspor EU, sekitar 4% dengan tujuan negara-negara ASEAN, sedangkan dari total impor EU sekitar 6% berasal dari negara-negara ASEAN[5].
ASEAN mengalami pertumbuhan surplus perdagangan dengan EU dengan produk ekspor utama terdiri dari peralatan kantor, listrik, komunikasi, apparel, asesoris pakaian, kimia organik dan sepatu. Ekspor utama EU ke ASEAN terdiri dari peralatan listrik, peralatan dan perlengkapan umum industri, mesin-mesin industri khusus, genset, peralatan komunikasi dan transportasi (selain transportasi darat). Meskipun terdapat banyak perdagangan antar industri, ekspor dari ASEAN cenderung hanya barang-barang konsumsi, sedangkan ekspor dari EU sebagian besar barang-barang modal[6].
Kerjasama akhir-akhir ini antara ASEAN dan Uni-Eropa adalah mengadadakan  KTT Bisnis ASEAN-Uni Eropa pada 6 April 2011, KTT ini merupakan forum tingkat tinggi untuk para pelaku usaha dan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada di dalam hubungan perdagangan antara negara ASEAN dan Uni Eropa sekaligus melihat peluang bisnis dan investasi di kedua belah pihak,” kata Mari Elka Pangestu, Menteri Perdagangan RI/Ketua para Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Minister Chair).[7] “Pertemuan ini akan menjadi wadah bagi komunitas bisnis dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk saling mendengarkan satu sama lain. Sehingga nantinya akan terbentuk hubungan kerja sama yang tidak hanya G to G atau pun B to B, melainkan juga G to B, dan sebaliknya,” lanjut Mari Pangestu[8].
Kesimpulan
Dari uraian diatas kita bias tarik suatu kesimpulan bahwa diantara kedua regional mempunyai keinginan dalam meningkatkan kerjasama terutama dibidang perekonomian, kerjasama-kerjasama telah dilakukan guna mempererat huubungan diantara keduanya, seperti diadakanya FTA pada tahun 2007, dan di launchingnya KTT bisnis untuk yang pertama kali pada 6 April kemarin dilain pihak antara ASEAN dan Uni Eropa sudah melakukan KTT tingkat menteri Ekonomi yang sudah berjalan 10 tahun.




[1] Oleh Fadhor Rohman
[2] Mohtar Mas’oed 1998 “ Perdagangan dalam perspeltif Ekonmi Politik International.Indonesia
[3] Ibid.
[4] Trade Sustainability Impact Assessment of the FTA to be negotiated between the EU and ASEAN 2009 dalam www.ecorys.com.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7]http://www.asean-eubizsummit.com diakses pada taggal 12 Juni 2011.
[8] Ibid.

Tidak ada komentar: