MADURA DAN KEBUDAYAAN NYA

MADURA DAN KEBUDAYAAN NYA

              MADURA Sebuah pulau kecil yang masih tergolong proppinsi Jawa Timur yan terletak di sebelah utara Jawa Timur memiliki banyak kebudayaan yang khas dan menarik untuk diperbincangkan, di damping itu suku madura mempunyai karakteristik  unik seperti kasar, bringusan, suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan (carok). Karakter lain yang lekat dalam diri orang-orang Madura adalah prilaku yang selalu apa adanya dalam bertindak. Suara yang tegas dan ucapan yang jujur kiranya merupakan salah satu bentuk keseharian yang bisa kita rasakan jika berkumpul dengan orang Madura. Sosok yang berpendirian teguh merupakan bentuk lain dari kepribadian umum yang dimiliki suku Madura. Mereka sangat berpegang teguh pada falsafah hidup yang diyakininya. Apapun mereka lakukan untuk mempertahankan harga diri.

              Kebudayaan Madura, sebagaimana kebudayaan masyarakat lainnya di Indonesia, unik. Mien A. Rifai mencatat beragam kekhasan kultural maupun karakteristik manusia Madura. Etnis Madura, kata ilmuwan LIPI ini, termasuk suku bangsa yang tahan banting. Mereka mampu beradaptasi dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan. Orang-orang Madura dikenal ulet. Riset majalah Tempo pada tahun 1980-an pernah menempatkan Suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di Indonesia. Orang-orang Madura di tanah rantau adalah saksi hidup dari semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apa saja demi hidup. Namun, di balik kegigihannya itu, masyarakat dari pulau garam ini memiliki rasa humor yang khas.(Dalam makalhnya William Syukur: membangun sukma Madura). Kemudian beliau melanjutjan bahwa masyarakat Madura sangat taat beragama. Selain ikatan kekerabatan, agama menjadi unsur penting sebagai penanda identitas etnik suku ini. Bagi orang Madura, agama Islam seakan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari jati dirinya. Akibatnya, jika ada warga Madura yang memeluk agama lain selain Islam, identitas ke-Madura-annya bisa hilang sama sekali. Lingkungan sosialnya akan menolak, dan orang yang bersangkutan bisa terasing dari akar Maduranya.

               Madura sangat sensitif mengenai harga dirinya, orang madura akan  sangat tersinggung apabila harga

 dirinya merasa di injak-injak dan mereka cendrung akan menyelsikannya dengan jalan kekerasan yang yang

 kita kenal  Carok, carok sendiri sebenarnya dipicu oleh kehormatan  dan rasa malu ( shame culture ) biasanya 

 diakibatkan karena menyinggung masalah bhine, agema, du’nyya ben oreng tuah. Adanya shame culture 

yang ada disana membuat mereka cepat marah dan tersinggung dan  mereka akan merasa malu apabila tidak

 ber-carok apabila kehormatannya sudah diinjak-injak, , yaitu bias kebudayaan patriarki dan bias  kebudayaan 

pertanian padi. Dominasi kebudayaan patriarki tercermin dalam ungkapan tentang carok ‘oreng lake’ mate

 acarok, oreng bine’ mate arembi’ (laki-laki mati karena carok, perempuan mati karena melahirkan), 

dan ‘mon lo’ bangal acarok ja’ ngako oreng Madura’ (jika tidak berani carok jangan mengaku sebagai 

orang Madura).