Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 23 November 2011

Pengalaman Lintas Negara ( Malaysia, Singapore, Thailand)


Pengalaman Lintas Negara ( Malaysia, Singapore, Thailand)
#Part 1 (Malaysia)
Dinginnya malam Malang jam 24.00 tak menyurutkan semangat rombongan 54 mahasiswa Hubungan Internasional Malang untuk berangkat menuju bandara Djuanda Surabaya untuk mengikuti SE ke Malaysia, Singapura dan Thailand. Jalan raya terlihat sepi hanya truk-truk besar yang melintas jalan  Malang-DJuanda, perjalanan malam memang tak seperti siang yang selalu padat oleh lalu lalang aktifitas truk berat, motor maupun mobil pribadi. walaupun demikian kami masih tak bisa tidur  nyenyak, sesekali ban mobil masuk dalam kubangan-kubanagan aspal yang tak kunjung diperbaiki, atau memang mereka, para dewan-dewan rakyat ataupun pemerintah pura-pura tak punya mata dan telinga untuk melihat dan mendengarkan ironisnya negeri ini. 
Negeri yang berpenduduk terbesar di ASEAN bahkan separuh penduduk ASEAN adalah rakyat Indonesia. Dengan logika tersebut pemasukan dari pajak-pajak tanah dan kendaraan berlimpah ruah sehingga digunakan untuk membangun infrasrtruktur fasilitas umum seperti jalan raya, tol dan lain sebagainya belum lagi SDA yang berlimpah, namun tak tahu entah kemana pemasukan pemerintah yang konon dari rakyat untuk rakyat itu. 
Pengalaman spiritual diatas pesawat
Tepat pukul 5.30 pesawat sudah siap take off, indah sekali melihat sunrise yang muncul dibalik pesawat bermotif putih dengan tulisan khas merahnya, ini baru kali pertama bagiku menikmati sunrise dari atas pesawat, matahari dan pesawat seperti sejajar tinggi sehingga terasa jelas indah pemandangan dipaagi itu,   tak semua orang  bisa menikmati pemandangan langka seperti ini, kecuali orang-orang yang berada didekat jendela samping kanan pesawat. Sungguh pemandangan indah, setara dengan menikmati sunrise di tengah laut, diatas perahu yang pernah kunikmati dahulu. Perlahan tapi pasti pesawat mulai di take off, gemuruh mesin pesawat yang semakin bergerak keatas dan terus keatas hingga hanya terlihat atap-atap rumah kuning kemerahan. 
Semakin lama pesawat terbang semakin tinggi dan akhirnya tak terlihat kemerahan-merahan atap rumah berubah menjadi putih bersih tertutupi oleh awan bak salju memutih, aku takjub melihat pemandangan dipagi yang cerah. Aku seperti melihat kerajaan-kerajaan dilangit, dengan singgah sana putih bersih, awan-awan seperti membentuk formasi bak kerajaan jaman dahulu, mereka berkejaran silih berganti, terlintas di benakku sepenggal ayat Al-Quran yang ditulis berulang-ulang dalam Al-Qur’an “fabiayyi ala irrobbikuma tukadziban” maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan. 
Sungguh besar karunia -Nya, dilihat dari jauh isi bumi terlihat semakin kecil dan semakin kecil, artinya kita tidak ada apa-apanya, tidak pantas bagi kita menyombongkan diri karena peradaban yang berhasil kita bentuk, kemajuan teknologi yang manusia buat membuat kita terkadang lupa diri, kebesaranNya tak mungkin bisa tertandingi. Sikap yang terbaik bagi kita adalah tawakkal, berserah diri kepaNya, tidak sombong sekaligus tidak boleh putus asa. Jika kita berhasil menanamkan sikap tersebut insyAllah hidup terasa indah, tidak takut dan tidak putus asa dalam menjalani hidup.
University Malaysia At Glance
Setelah berjam-jam kami berbelanja di rumah coklat yang terletak di sekitar icon Malaysia, petronas atau yang dikenal menara kembar, rombongan melakukan layatan ke Universiti Malaya, Universitas yang mempunyai luas kurang lebih 900 hektar, setidaknya ada 14 asrama buat mahasiswa/i yang berasal dari luar maupun dalam negeri, disana kami di sambut dengan baik. Pihak kampus menjelaskan banyak tentang profile kampus, pertukaran pelajar bagi kampus yang mempunyai perjanjian sampai research bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian disana, setelah presentasi usai kami di ajak berkeliling mengitari kampus yang sangat luas, indah nan bersih pemandangan-pemandangan universiti Malaya.
 Keliling kampus berakhir di museum kampus yang berisi warisan-warisan budaya Malaysia, cukup mengherankan karena didalamnya berisi berbagai alat atau benda-benda yang ada di Indonesia seperti pasangan batik laki-laki perempuan, ada juga semacam wayang kulit serta alat music gamelan. Dulunya semua barang yang ada di museum tidak boleh di foto, karena dihawatirkan akan disebarluaskan, dicontoh dll, akan tetapi sekarang tak masalah, papar guide yang memandu kami.
Welcome Home
Berkunjung ke Malaysia, kalau tidak mampir di KBRI Malaysia  seperti halnya pulang kampung tapi tidak mampir kerumah, jadi karena kalian sudah disini silahkan anggap rumah sendiri, selamat datang dikampung halaman, welcome home ”, papar atase Indonesia di Malaysia. Sungguh terasa suasana ke-Indonesiaan di KBRI Malaysia, dekorasi, muka-muka Indonesia yang sedang mengurus perijinan dan para pegawai yang berbahasa Indonesia membuat kami benar-benar serasa di Indonesia. Disana kami bisa tertawa lepas, bercanda gurau melemaskan otot-otot yang sempat tegang karena harus menjaga sikap kepada orang-orang Malaysia, seperti layaknya orang yang pergi merantau jauh dan kembali ke kampung halaman. Atase yang dahulunya sebagai dosen bahasa Ingris disebuah perguruaan tinggi di Indonesia menjelaskan sekelumit hubungan Indonesia-Malaysia dan sejarahnya.
            “ seandainya tidak ada penjajahan dijamana oleh Inggris dan Belanda dijaman dahulu, maka tidak akan ada yang namanya negara Indonesia ataupun negara Malaysia, karena memang kita adalah bangsa serumpun, nah gara-gara penjajah masuk dan kemudian ditentukan batas-batas Negara diamana tanah yang dijajah belanda menjadi Negara Indonesia, sedangkan yang dijajah Ingris menjadi Negara Malaysia, nah berangkat dari sana penyebab terjadinya pembagian wilayah”.
Bapak atase yang mempunyai sikap tegas juga membantu perintis hubungan antara BEM Universitas se-Indonesia dan BEM se- Malaysia, beliau memfasilitasi kedua belah pihak dan dalam dekat-dekat ini akan mengadakan kongres perdananya.
Anomali Bangsa Indonesia
Ketika pertama datang di KBRI saya sangat bangga kepada Indonesia, kantor KBRI kita di Malaysia terkesan rapi dan bersih, tak sembarang orang yang bisa masuk kedalam KBRI, untuk membuka pintu masuk ke aula saja harus memakai ID karyawan yang di scankan ke pintu, lumayan canggih, tapi semua terciderai ketika saya bertanya soal mushola. Pak dimana saya bisa sholat? “oh disini tidak ada dik, jadi adik harus keluar kemudian belok kanan, disana ada mushola” sangat disayangkan kantor semewah dan sebesar ini tidak ada musholanya, sudah mendarah daging setiap rumah-rumah ataupun kantor di Indonesia  ada musholanya.
Kekecewaanku tak berhenti disitu, niat sholatku kandas setelah melihat kondisi kamar mandi yang sangat jorok tak terurus, dengan segenap hati ku mencoba menutup hidungku dengan tangan kananku, tapi bau pesing yang menyengat membuatku melemahkan niat suciku untuk menunaikan kewajibanku, sangat parah, tak layak disebut kamar mandi dengan kondisi seperti itu. Kalau boleh bilang ini adalah kamar mandi terjorok yang pernah saya lihat di instansi pemerintahan. Anomaly, seharusnya para TKI yang sudah lama kerja dan tinggal di Malaysia yang sangat memnjunjung tinggi kebersihan seharusnya mampu beradaptasi dengan lingkungan, tidak usah membawa budaya kebanyakan orang Indonesia yang jorok.





1 komentar:

Unknown mengatakan...

keren nih cerita pengalamannya ke luar negeri

http://www.marketingkita.com/2017/08/distributor-mencari-produsen-menurut-ilmu-marketing.html