Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 25 November 2011

“Area Bebas Calo & Bebas Korupsi” BULSHIT


“Area Bebas Calo & Bebas Korupsi”  BULSHIT
Ketika Alm Gusdur ditanya tentang rencana pembuabaran MPR (Majelis Perwakilan Rakyat) ;
Kenapa Gus mau membubarkan MPR ? kan kalo mau membunuh nyamuk tidak usahlah kita membakar rumah, cukup nyamuknya saja yang dibunuh, Tanya Kick Andi pada sebuah wawancara waktu itu, dengan santai gusdur menjawab “ya, karena rumahnya sudah dikuasai oleh nyamuk, ya mau tidak mau rumah itu harus dibakar.
Artinya institusi tersebut waktu itu menurut perspektif Gusdur sudah dikuasai oleh para koruptor-koruptor yang menghisap darah masyarakat Indonesia, jadi sudah tidak ada gunanya badan tersebut di pertahankan. Begitulah gambaran badan-badan dan birokrasi di negeri tercinta kita ini. Sudah banyak terbukti badan yang seharusnya sebagai penegak hukum seperti kejaksaan, polisi dll malah menempati urutan teratas sebagai badan yang korup. Sebenarnya aku tidak mengkampanyekan tiap institusi agar dibubarkan, akan tetapi memang kita harus benar-benar berbenah diri.
Dengan banyaknya koruptor-koruptor yang ditangkap dan maraknya kampanye soal good government setiap badan instasi pemerintahan banyak yang menggunakan sloga-slogan anti korupsi, bebas calo dll. aku sangat apresiasi dengan slogan tersebut, tapi fakta dilapangan yang membuatku apatis dengan bangsa ini.
Ini berdasarkan pengalaman pribadiku, kala itu aku diminnta bantuan untuk mengurus paspor kedua adikku yang kebetulan kembar cowok-cewek, sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada kedua orang dengan segenap upaya membuat paspor adikku. Dengan pakaian setengah basah karena kehujanan dalam perjalannan dari malang menuju sebuah imigrasi di Surabaya aku menulis formulir yang dijual 17 000/ pieces-nya yang seharusnya formulir itu dibagikan free bagi pemohon paspor kecuali materei. aku sadar mengurus paspor anak dibawah umur lumayan sulit karena rawan human trafficking, apalagi kedua orang tua ada diluar negeri dan tidak bisa mendampingi wawancara adik-adik, ya aku sadar itu.
Pertama-tama aku di layani oleh seorang karyawan wanita tinggi dan cantik, sepertinya dia masih karyawan baru dan tidak punya otoritas untuk mengeluarkan putusan apapun, setiap terjadi permasalahan dengan berkas-berkas dia selalu konsultasi dengan rekan kerja disebelahnya. Bertanya tak memungkinkan lagi karena antrian yang masih panjang, karyawan tadi memanggil karyawan lain yang kelihatannya lebih senior, dengan suara serak dia bertanya  “ ia ada apa mas?” ini pak mau ngurus paspor adik. “ oh, mau diurus sendiri atau seperti apa ?” aku berpikir sejenak maksud perkataan bapak karyawan tadi kira-kira apa maksudnya? Oh,langsung pikirannku teringatkan oleh oknum yang menawariku menguruskan SIM dengan kata-kata seperti itu, akhirnya aku tahu maksud bapak itu yang tak lain adalah dia akan memuluskan pembuatan paspor adikku dengan jalan belakang, bertolak belakang dengan idealisme seorang mahasiswa, dengan tegas aku mengatakan “ ya, saya urus sendiri”.
Ternyata urusannya semakin kompleks, seakan-akan aku telah menantang singa dikandanganya tanpa dilengkapi senjata. Semua dokumen-dokumen yang aku bawa dipermasalahkan, mulai dari legalisir akte, surat nikah dan dampingan orang tua, semua semakin rumit aku kalah argument dengan linkaran setan yang sudah terorganisir dan piawai dibidangnya.
Waktu operasional kantorpun sudah tutup, rasanya sia-sia sudah datang keimigrasi Surabaya dari Malang, tapi aku tak menyerah begitu saja. aku yakin masih ada sesuatu yang tak beres dengan semuanya. aku mencoba mencari celah dan kudapi sejumlah orang yang berpakain baisa, bukan baju dinas tapi memakai ID card yang berwarna kuning, siapa kah gerangan? Sebagai apa mereka disini? Pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan curiga.
Calo yang dilegalkan
Kebetulan sekali aku bertemu dengan seorang bapak-bapak berkumis tebal dari Madura, kemudian kami berkenalan dan menceritakan perihal kesulitan saya, tak sengaja seorang penjaga parkir yang sepertinya sudah mengenal sekali lingkungan imigrasi mendengar pembicaraan kami menyelang pembicaraan.
 oh itu sudah biasa mas, disini memang sengaja dipersulit, masnya darimana?” dari Madura pak “wah dari Madura ya, apalagi dari Madura, setiap orang Madura yang mengurus paspor disini lebih dipersulit lagi, tak tahu mengapa, berbeda lagi kalau yang ngurus itu matanya sipit, alias orang China, mudah sekali mereka buat paspor. biasanya orang yang dipersulit minta bantuan calo-calo mas” yang mana calonya pak? “itu, yang pakai ID card kuning”. Kemudian bapak dengan kumis tebal tadi menyelang “ loh, itu, slogan area bebas calo itu untuk apa??” haha itu mah hanya sebatas slogan saja, semuanya tak benar, lihat calo-calo itu, kartu kuning yang melekat didadanya itu yang mengeluarkan pihak imigrasi, mereka dilegalkan oleh pihak imigrasi, nantinya mereka akan bersinergi dalam urusan paspor, pihak imigrasi mempersulit pemohon, kemudian pemohon meminta bantuan kepada calo, calo dapat duit dari pemohon dan sang karyawan imigrasipun dmeikian.
Aku tersenyum sinis, kesal mendengar info terpercaya dari sang jukir, ingin rasaya menggigit para oknum-oknum yang menghisap darah masyarakat, mereka lintah-lintah darat yang sebenarnya. Tak cukup denga itu, aku mencoba mendekati seorang calo legal yang memakai ID card kuning.
Permisi bang, ini nih saya ada masalah, abang bisa bantu ? “ masalahnya apa mas” saya menceritakan semua permasalahn yang saya hadapi.oh ya kira-kira abang bisa bantu tidak? Kalau iya, kira-kira berapa ya bang? “surat-suratnya lengkap?” lengkap bang “coba’ saya lihat, OK saya bisa dan perorangnya Rp800.000”.
Ternyata benar apa kata jukir tadi, semuanya bisa jika diuruskan dengan calo legal dan yang paling penting punya uang banyak, sungguh scenario busuk yang merendahkan moral bangsa, harga paspor yang bisa dengan 250 ribua disulap menjadi sekian mahalnya, tak berhenti disitu,saya melanjutkan pertanyaan yang belum calo legal itu tahu.
Oh ya bang, adik saya ini kedua orang tuanya ada diluar negeri lho, jadi tidak bisa mendampingi wawancara, tapi saya kakak kandungnya, satu KK juga kok, saya juga punya paspor dan saya yang akan bertanggung jawab semua, karena saya yang akan mengantar adik saya menemui kedua orang tua sekalian liburan. Dia mengkerutkan wajahnya dan berkata “oh, kalo begitu saya bawa berkas-berkasnya kedalam dulu, saya konsultasikan ke karyawannya dulu” ok silahkan dibawa, sekitar sepuluh menit kemudian dia datang dengan muka taj bersalah dia berkata “wah kalo seperti ini perorangnya Rp.1.500.000,- mas jadi dua orang 3.000.000,-, yang wawancarai saja minta 500.000 per orang“
Hatiku semakin sakit mendengar perkataan calo tadi “ yang mewawancarai saja minta 500.000 perorang”. Inilah alasan mengapa setiap urusan dipersulit, alasannya hanya satu karena mereka ingin disogok dan minta disogok. Ini alasan kenapa para investor-investor itu berpikir dua kali untuk berinvestasi di Idonesia.
Indonesia ibaratnya Islam, tak akan hancur kecuali orang dalam sendiri yang menghancurkannya. INDONESIA mari berbenah, jangan biarkan  mereka kehilangan nasionalisme-nya gara mereka dipersulit untuk mendapatkan hak mereka sendiri. Coba kita renungkan, jangan-jangan ini salah satu alasan mereka berpindah kewarganegaraan ketika mendapatkan kesempatan pindah waganegara seperti paman seorang temanku yang apatis pada indonesia dan kemudian pindah kewarganegaannya.

Oleh: Fadhor Rohman

Tidak ada komentar: