Masih Relevankah SKRIPSI S1di Indonesia?
SKRIPSI, apa yang kita pikirkan
ketika mendengar kata “Skripsi”? pasti banyak yang bilang menakutkan,
menyeramkan, menyebalkan, membosankan,
atau ada yang bilang mengasikkan? Hmm mungkin sedikit sekali yang bilang
mengasikkan. Pada hakikatnya skripsi
mempunyai tujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan
menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Sebelum
Seorang mahsasiswa menyelesaikan skripsi jangan harap mahasiswa mendapatkan gelar
sarjana, masa kuliahnya selama 3 tahun lebih sebelumnya tidak akan bermakna
apa-apa sebelum menyelesaikan tugas akhir ini (maksudnya g dapet iJazah bro)
Perlu Spesialisasi.
Kewajiban membuat skripsi memaksakan
kehendak mahasiswa, mahasiswa seakan-akan digeneralisirkan akan menjadi
akademisi, hasilnya mahasiswa yang tidak tertarik meneliti, lebih senang kepada
praktisi bahkan terkadang benci teori akan mengambil jalan pintas dengan
membeli kepada jasa pembuat skripsi, fenomena “membeli skripsi sudah tidak
asing dikalangan akademisi,” selain itu plagiarism terjadi dimana-mana karena
memang mereka merasa terpaksa melakukannya. Padahal secara psikologis tidak
baik melakukan sesuatu yang bukan bakatnya, kita cendrung dianjurkan melakukan
sesuatu sesuai minat kita masing-masing. Penulis tidak menganjurkan kewajiabn
skripsi dihapus, akan tetapi alangkah baiknya ada jalan alternative yang di
terapkan, semisal yang mau menyusun skripsi dipersilahkan menyusun tapi kalau
tidak mau mahasiswa di beri alternative untuk magang sesuai dengan jurusannya.
Urgensi skripsi?
Apa gunanya skripsi? Di kasih ke Presiden sebagai masukan untuk
mengambil suatu kebijakan ? Belum, saya belum pernah mendengar itu, yang saya
tahu dan lihat sendiri skripsi dijadikan pajangan di perpus yang terkadang
dijadikan rujukan oleh mahasiswa lain dalam membuat skripsi, dan seterusnya. Yang
ada hanyalah memberi kontribusi kepada global
warming, kenapa demikian? Ya coba kita kalkulasi, berapa ribu lembar kertas
uang dihabiskan oleh mahasiswa untuk bimbingan skripsi? Taruhlah 1500 lembar, 1500X
berapa juta mahasiswa di Indonesia? Berapa pohon yang ditebang ? dialin sisi dalam pembuatan sripsi tidak
sedikit rupiah yang di rogoh dari kantong kmahasiswa, dari bimbingan yang tak
urung selesai, belum lagi kasus bunuh diri akibat sress yang diderita lantaran
dosen killer
Di Negara Maju.
Perlu kita selidiki kenapa di Jepang
ataupun di Amerika yang dikenal “well
educated people” tidak menerapkan skripsi bagi S1? Saya tidak tahu, tapi
yang pasti masalah pendidikan kita jauh tertinggal dengan mereka, hal ini harus kita pikirkan bersama-sama kenapa
negara sekaliber Jepang dan Amerika tidak menerapkan skripsi bagi S1, memang
disana ada namanya penelitian, tapi penelitian tersebut sama halnya tugas mata
kuliah yang ada di Indonesia dan akan berakhir ketika mata kuliah itu berakhir.
Saya yakin masih banyak sekali negara-negara maju yang tidak menerapkan skripsi
sebagai tugas akhir bagi mahsiswa S1, silahkan search sendiri, heheh karena
sementara saya tahunya itu ja.
Skripsi sebagai Komoditas
Tak jarang Skripsi hanyalah dijadikan suatu komoditas yang
menguntungkan, semisal dengan adanya skripsi maka dosen pembimbing akan
mendapatkan extra fee, semakin banyak yang dibimbing semakin besar fee-nya. Masih
banyak juga kongkalikong antara mahasiswa denga dosen pembimbing, tidak jarang
dosen yang amoral mau disogok asalkan semua beres, seperti yang saya sebutkan
tadi, banyak mahasiswa mahal memesan ke “tukang buat skripsi”, kampus juga akan
mendapatkan fee tambahan dari biaya skripsi dan semakin lama mahasiswa lulus
maka semakin banyak juga income yang didapat oleh kampus, seperti kasus teman
saya yang dipersulit lulus karena mahasiswanya sudah sangat sedikit, kami
menganalisa tindakan mempersulit karena dengan cepat lulusnya mahasiswa maka
akan membuat income menurun sedangkan input dari masasiswa baru sedikit.
hmmm, well mungkin semua yang saya lontarkan diatas belum tentu benar, mungkin ini hanyalah unek-unek seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi stress ngerjain skripsi,tapi jujur kalo mungkin ada referendum suruh milih “apakah skripsi dipertahankan atau dihapuskan? Maka saya akan pilih hmmmm…, kalau kalian pilih apa?heheheh.
hmmm, well mungkin semua yang saya lontarkan diatas belum tentu benar, mungkin ini hanyalah unek-unek seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi stress ngerjain skripsi,tapi jujur kalo mungkin ada referendum suruh milih “apakah skripsi dipertahankan atau dihapuskan? Maka saya akan pilih hmmmm…, kalau kalian pilih apa?heheheh.
6 komentar:
BAguss,,,,Baguuuss....
Bagi saya skripsi memang menyebalkan, kenapa seperti itu karena memang banyak sekali faktor eksternal dan internalyang mempengaruhi penyelesaian skripsi tersebut. bagi saya pribadi fator eksternal yang tidak terkendali sangat berpengaruh antara lain Dosen pembimbing, loasi penelitian, responden dan sebagainya. itulah hambatan yang sedang saya alami.
Curcol dikit ya haahahaha
Tapi hambatan itu memang ada banyak hikmahnya, jadi tetep semangat saja bagi yang sedang mengerjakan thesis :D
hehe itu curahan hati atau pelampiasan kemrahana waktu buat skripsi sih :).
bagus juga sebenarnya skripsi itu ternyata, kalo kita tahu cara mengerjakan skripsi tentunya sangat cepat sekali dalam penempuhannya..
so..skripsi mengajari kita ketabahan, kesabaran, konsistensi dan keuletan.
dan alhamdulillah saya sudah luluuuuuus hehehe :)
Terima kasih artikel tentang Skripsi yang cukup panjang ini...
Skripsi itu mengajarkan kita banyak hal.....terutama sabar.....biasanya perubahan karakter dan pemikiran mahasiswa yang sudah dan belum melakukan skripsi itu jauh berbeda.....Yang jelas banyak hal positif yg kita pelajari dari skripsi......Kalo masalah susah atau mudah bagi saya Skripsi Itu mudah asal tau kuncinya......ka;o di bilang tidak perlu saya rasa skripsi itu sangat perlu karena lewat skripsi kita bisa tahu Seluk beluk sisi hitam dan putih apa yg kita teliti....Tapi saran saya Lebih Baik skripsi itu di masyarakat jangan di kantor atau perusahaan.......tapi lebih ke masyarakat....
Mantap ini
Posting Komentar